JURNALKALIMANTAN.COM, BARITO KUALA – Aktivis sosial dan anti korupsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Anang Rosadi Adenansi menilai, bahwa kebanyakan oprit jembatan di jalan baru setelah Desa Batik (Kabupaten Barito Kuala) melewati Rantau (Kabupaten Tapin) sangatlah berbahaya.
Hal ini menurut Anang Rosadi, lantaran kemiringan yang begitu tajam, dan terjadi penurunan yang dianggapnya berbahaya.
Setidaknya hal ini ia rasakan, saat melakukan perjalanan ke Negara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) melewati jalur alternatif tersebut.
Dari pengalamannya ini, ia juga menyoroti posisi jembatan pertama dan kedua yang berdekatan, dan sedang dibangun di Desa Karang Paci.
Secara pribadi, dirinya mengaku sulit menerima cara dan parameter yang digunakan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan, apalagi menggunakan uang rakyat.
“Seharusnya ada studi kelayakan dari berbagai aspek yang harus dipenuhi, bukan asal-asalan saja. Uang rakyat harus digunakan se-efisien mungkin, tapi tidak mengurangi mutu dan kualitas serta tujuan sebuah pembangunan,” ucap Anang Rosadi kepada Jurnal Kalimantan melalui gawai, Jum’at (06/08/2020).
Untuk itu, ia meminta instansi terkait segera melakukan crash program, guna memperbaiki oprit-oprit yang dinilainya berbahaya tersebut.
Karena kalau tidak diantisipasi segera, ia khawatir bisa mengundang lebih banyak korban.
“Harus disadari, bahwa penyumbang pajak terbaik dan terbesar, berasal dari pengguna kendaraan bermotor. Jadi infrastruktur jalan dan jembatan harus diperbaiki demi keselamatan bersama,” harapnya.