JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Kepala Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Banjarmasin, dr. Aulia Ramadhan Supit mengatakan, di musim penghujan sekarang ini, banyak sekali dibutuhkan trombosit untuk pasien demam berdarah.
Oleh sebab itu, pihaknya memiliki inovasi terbaru, yaitu Donor Trombosit Apharesis, yang setara dengan 10 kantong trombosit biasa, dan ini pertama kalinya di Banjarmasin.
“Tentunya dengan trombosit apharesis ini, jika ada yang membutuhkan 10 kantong trombosit, kita tidak perlu lagi mencari 10 orang untuk mendonorkan trombosit, namun cukup 1 kantong trombosit apharesis sudah bisa terpenuhi,” urai dr. Rama kepada jurnalkalimantan.com, di kantornya, Kamis (15/10/2020).
Dirinya melanjutkan, untuk proses pengerjaannya membutuhkan sekitar 2 jam. Tahap pertama, pemeriksaan bagus tidaknya trombosit sang pendonor, yang minimal trombositnya harus di atas 250 ribu/µL, karena akan didonorkan ke orang lain. Hasilnya kemudian diuji saring dulu, apakah bebas dari 4 penyakit menular, seperti HIV, Hepatitis, Sifilis, dan lainnya.
“Dengan alat ini, nanti darah yang diambil cuma kurang lebih 300 cc, dan keluarnya akan langsung terpisah jadi trombositnya, oleh karenanya kualitasnya lebih bagus dari trombosit biasa,” papar dr. Rama.
Ia menambahkan, kebutuhan trombosit di Banjarmasin saat ini mengalami peningkatan, dengan hampir setiap hari ada yang memerlukan, dan rata rata satu pasiennya membutuhkan minimal 10 kantong, bahkan ada yang sampai 16 kantong.
“Kalau dengan menggunakan alat ini, kita akan lebih efisien. Tapi tergantung dokter yang merawat, maunya trombosit apharesis atau yang biasa, karena untuk menaikan trombositnya melalui apharesis ini lebih bagus dari yang biasa,” tandas dr Rama.
Alat yang dimilikinya ini, jelas dr. Rama, selain bisa membuat trombosit apharesis, juga bisa membuat plasma konvalesen.
Bagi para pendonor trombosit apharesis, kita akan memperlakukannya tidak seperti pendonor biasa, karena membutuhkan waktu agak lama. Selama prosesnya kita akan memberikan makanan ringan dan uang makan kurang lebih Rp100,00 dalam bentuk makanan, dan pendonor bebas memilih makanan senilai Rp 100.000 tersebut.
Editor : Ahmad MT