JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Setelah meraih juara satu di tingkat Kota Banjarmasin, di ajang Memilah Sampah Terbanyak hasil kerja sama Bank Sampah Induk (BSI) dan Pegadaian, kini Bank Sampah Madrasyah Ibtidaiah Kenanga (Mika) kembali menorehkan prestasi di ajang Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) di tingkat Provinsi Kalimantan Selatan.
“Alhamdulillah kami sangat bangga dan bersyukur. Kemudian dengan meraih prestasi ini, diharapkan kawan-kawan lebih termotivasi lagi,” ungkap Kepala Mika Banjarmasin Nurul Masruni, S.Pd.I. kepada jurnalkalimantan.com, di ruang kerjanya di kawasan Jahri Saleh Banjarmasin Utara, Selasa (04/01/2022).
Adapun peserta yang ikut dalam ajang tersebut berasal dari 4 kabupaten/kota, yakni Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Kabupaten Banjar, dan Tanah Laut (Tala).
“Kota Banjarmasin mengirimkan 4 Bank Sampah, Banjarbaru 2 Bank Sampah, Tala 2 Bank Sampah, dan Banjar 1 Bank Sampah,” jelas Nurul Masruni, S.Pd.I.
Sedangkan untuk penilaiannya, antara lain meliputi administrasi, buku nasabah, hingga pengelolaan sampah yang bisa dimanfaatkan.
“Yang menjadi keunggulan Bank Sampah Mika adalah masih dalam usia 10 bulan sudah bisa meraih prestasi dan berinovasi,” tegas Nurul Masruni, S.Pd.I.
Dari kompetisi tersebut, pihaknya telah menerima piagam penghargaan dan hadiah berupa Mesin Pencacah Sampah Organik dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalsel, pada 31 Desember 2021 di Mika Banjarmasin
“Kelemahan kita adalah belum ada pengelolaan untuk sampah organik, karena kita belum memiliki mesin pencacah sampah organik,” urai Nurul Masruni, S.Pd.I.
Selanjutnya, dengan diterimanya mesin tersebut, pihaknya berharap bisa lebih melengkapi pelayanan bank sampah yang ada di Mika Banjarmasin.
“Harapannya, kawan-kawan tetap mendukung Mika untuk terus maju dalam hal apapun, karena kerja sama tim sangat penting sekali,” ajak Nurul Masruni, S.Pd.I.
Dirinya pun memotivasi sekolah lainnya untuk terus mengembangkan bank sampah yang dimiliki, bahkan bisa menjadi wirausaha sekolah dan bernilai positif.
“Artinya, untuk meraih prestasi dari sisi akademik bagi sekolah yang terbatas, terbilang cukup sulit. Oleh karena itu, kita bisa meraihnya dengan nonakademik seperti ini, sehingga sekolahnya bisa lebih inovatif lagi,” tandasnya.
(Saprian)