Kenalkan lagi Peribahasa Banjar “Tataran Tangguk”, Ungkapan Tentang Keterbatasannya Pengetahuan Manusia, Hingga Menuntut Pribadi Tahu Diri

Dispersip
Suasana bedah buku Paribahasa dan Ungkapan Banjar Tatarang Tangguk di Kantor Dispersip kalsel

JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), kembali sukses laksanakan gelar wicara virtual, membedah buku berjudul “Peribahasa dan Ungkapan Banjar Tatarang Tangguk”, Jumat (14/08/202), di Kantor Dispersip Kalsel, Jalan Jenderal Ahmad Yani Kilometer 6.

Bincang buku yang juga diikuti ratusan peserta melalui aplikasi zoom dan disiarkan langsung lewat media sosial youtube ini, terlaksana berkat kerjasama dengan Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan, menghadirkan sang penulis buku, Noorhalis Majid, yang juga Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Kalsel. Kemudian ada Jamal T. Suryanata, seorang birokrat, budayawan dan penulis buku sastra. Dan yang ketiga, Hj. Ida Kumalasari, seorang guru kebudayaan Banjar dan penulis buku kebudayaan.

Kegiatan ini didukung penuh Dispersip Kalsel sebagai upaya pihaknya membantu promosi budaya lokal serta penulis lokal Kalsel, dengan mengangkat tema kearifan lokal masyarakat Banjar, sesuai amanah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2018, tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, sebagai hasil budaya yang berperan penting menjadi salah satu tolak ukur kemajuan intelektual bangsa.

“Maksud dan tujuan talkshow diskusi buku kali ini, adalah untuk memperkuat, menghidupkan dan melestarikan budaya peribahasa literasi serta ungkapan banjar, dengan menggali dan menyampaikan pikiran sebagai tradisi intelektual, agar tidak tergerus perubahan zaman,” papar Hj. Nurliani, Kepala Dispersip Kalsel, melalui siaran persnya kepada Jurnal Kalimantan.

Dispersip
Istimewa | Hj.Nurliani, kepala Dispersip Prov kalsel

Selain itu, Dispersip Kalsel menyediakan ruangan khusus untuk buku-buku karya penulis lokal di Perpustakaan Palnam, sebagai wujud apresiasi pemerintah daerah terhadap penulis dan penerbit Banua.

“Dalam 3 tahun terakhir ini kami selalu menganggarkan untuk pengadaan buku-buku karya teman-teman,” tambah Bunda Nungung, sapaan akrab Kepala Dispersip Kalsel.

Kegiatan ini diadakan Dispersip Kalsel, juga sebagai wujud nyata keterlibatan dalam rangka mendukung salah satu misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, yakni SDM Unggul Indonesia Maju, dan sesuai Visi Gubernur dan Wakil Gubernur Kalsel 2016-2021 yaitu “Kalsel Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Berkelanjutan, Berdikari dan Berdaya Saing”, serta aksi nyata Gerakan Kalsel Membaca, yang dicanangkan pada tanggal 31 Maret 2017.

Sementara itu, buku yang berjudul “Peribahasa dan Ungkapan Banjar Tatarang Tangguk” ini berisi berbagai tema peribahasa Banjar, yang semakin hari dinilai terus tenggelam, apalagi pada generasi muda orang Banjar.

“Ketika saya tulis satu tema, lalu saya tanyakan kepada orang Banjar sekarang, ternyata dia tidak memahaminya. Artinya ungkapan-ungkapan tersebut sudah banyak hilang. Bisa jadi ke depan tidak ada yang tahu lagi berbagai tema yang diangkat di sini, karena itulah saya mencoba menuliskannya,” urai Noorhalis Majid saat diskusi.

Noorhalis Majid menjelaskan, bahwa judul buku “Tatarang Tangguk”, adalah satu dari banyak tema yang ditulis di bukunya tersebut. Tema ini diangkat ke judul buku, lantaran dianggap hampir punah, karena banyak yang tidak mengetahui arti dari ungkapan tersebut. Dari diskusi ini diuraikan, bahwa tangguk dalam masyarakat Banjar, terbuat dari anyaman bilah bambu dan rotan, yang sering digunakan untuk menangkap ikan. Jika alat tersebut diletakkan di depan wajah, pandangan seseorang menjadi terhalang, namun masih ada celah untuk melihat. Dari ungkapan ini disampaikan sebuah pesan, bahwa seseorang haruslah memiliki kerendahan hati, karena sebanyak apapun ilmu pengetahuan yang didapat, dipastikan tetap memiliki keterbatasan, hingga menuntut pribadi untuk tahu diri.

Editor : Ahmad MT