Pengamat Politik dan Pemerintahan ULM: Gubernur Harus Berkarakter KALSEL!

paman birin
dari kiri ke kanan : H. Sahbirin Noor, Denny Indrayana, Rosehan NB, Mardani H. Maming. foto : Net / Jurnalkalimantan

JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN Dinamika politik jelang Pemilihan Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) 2020 semakin seru. Selain Sahbirin Noor sebagai petahana, kandidat lain Denny Indrayana secara perlahan mendapatkan tiket setelah didukung Partai Demokrat dan Gerindra. Tak hanya itu, nama-nama lain juga muncul ke permukaan, seperti HM Rosehan NB dan Mardani H. Maming.

Lantas sosok gubernur seperti apa yang dibutuhkan Kalsel?

Pengamat politik dan pemerintahan dari Universitas Lambung Mangkurat, Arif Rahman Hakim mengatakan, Kalsel memerlukan gubernur yang berkarakter KALSEL. Yakni, kreatif, aksi nyata, luwes, santun, empati dan luar biasa.

Arif menjelaskan, perkembangan zaman menuntut kreativitas agar mampu berdaya saing. Karena itu perlu pemimpin kreatif untuk menciptakan iklim positif “kreativitas” di pemerintahan dan masyarakat.

“Kepala daerah yang kreatif akan mampu membawa Kalsel memiliki daya saing di nasional dan melesat di tataran Internasional,” ujar Arif saat ditemui Jurnal Kalimantan di sebuah restoran di Banjarmasin, sabtu (04/07/20).

Yang kedua sambung Arif, adalah aksi nyata, karena pemimpin Kalsel jangan hanya banyak wacana, namun minim aksi nyata. Aksi nyata dimaksud adalah sebuah tindakan yang berdampak konkrit terhadap pemberdayaan masyarakat dan kemajuan daerah.

“Aksi nyata hanya bisa dilakukan oleh pemimpin yang punya komitmen dengan karakter kuat. Sosok seperti ini tidak terlalu banyak bicara, namun setiap kebijakan dan tindakannya selalu berbobot. Yakni, menghadirkan positive impact di pemerintahan dan masyarakat. Bukan sekadar meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya,” sebut Arif.

Karakter ketiga adalah luwes. Gubernur Kalsel harus mempunyai sikap yang luwes dengan bawahan dan masyarakatnya. Tak cukup sampai situ. Dia juga penting memiliki keluwesan dalam menghadapi masalah daerah.

“Ibarat penari, dia akan luwes melakukan gerakan jika dilatih berulang-ulang. Nah, gubernur akan luwes menghadapi dinamika politik, masalah ekonomi dan lainnya jika bermental petarung, bukan membiarkan atau lari. Memang tidak banyak pemimpin dengan sosok seperti ini,” katanya.

Selanjutnya karakter keempat adalah santun. Makna dari santun ini bukan berarti dia tidak bisa bersikap keras. Terkadang, pemimpin perlu bersikap tegas dan keras, namun santun yang dimaksud adalah tetap mengedepankan etika sebagai kepala daerah.

“Bukan hanya perikaku individu gubernur yang santun. Tapi bagaimana perilaku pemerintah yang santun kepada masyarakat. Misal membuat kebijakan berlandaskan kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bukan atas dasar kebutuhan dan kepentingan pribadi atau kelompok,” jelasnya.

Kelima adalah berkarakter empati. Arif mengutip pendapat Kohut (psikoanalis internasional) bahwa empati adalah suatu proses di mana seseorang berpikir mengenai kondisi orang lain yang seakan-akan dia berada pada posisi orang lain.

“Pemimpin kita harus memiliki kemampuan agar peka terhadap kondisi masyarakat. Kepekaan ini penting agar pemerintah memilih langkah-langkah yang tepat dalam tata kelola pemerintahan, pemberdayaan masyarakat dan pembangunan daerah,” papar Arif.

Terakhir adalah luar biasa. Gubernur Kalsel harus sosok yang luar biasa. Keberadaanya menjadi inspirasi dan motivasi di pemerintahan serta masyarakat. “Tidak ada daerah yang luar biasa kalau pemimpinnya biasa,” ucapnya.

Editor: Ahmad MT