JURNALKALIMANTAN.COM, JAKARTA – Airborne Infection Defense Platform (AIDP) resmi diluncurkan untuk penguatan penanganan tuberkulosis (TBC) di tingkat ASEAN.
Terutama dalam meningkatkan sistem kesehatan dan kesiapan melawan pandemi, guna mengatasi masalah infeksi pernafasan yang ditularkan melalui udara.
Dalam rilis yang diterima redaksi JURNALKALIMANTAN.COM, inisiatif itu diresmikan dalam rangkaian ASEAN Health Ministers Meeting (AHMM) ke-16, belum lama ini.
Delegasi dari negara ASEAN berkumpul untuk memahami situasi TBC saat ini dan membahas kesiapan penanganan pandemi untuk penyakit yang menular lewat udara.
AIDP didukung United States Agency for International Development (USAID) dan diimplementasikan oleh Stop TB Partnership Geneva dan Stop TB Partnership Indonesia (STPI), yakni lembaga non-profit yang fokus pada upaya eliminasi TBC.
Bayu Teja Muliawan, Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, menyatakan bahwa selama tahun pertama pandemi, pihaknya menghadapi tantangan yang signifikan dalam penanggulangan TBC yang pelaporan kasusnya menurun.
“Hal ini mulai pulih pada tahun kedua pandemi, bahkan tingkat pelaporan kami tahun 2022 berhasil mencapai 70% dan 80% pada tahun 2023, dan menjadi yang tertinggi dalam sejarah Indonesia,” tuturnya.
Menurutnya, keberhasilan Indonesia untuk bangkit setelah pandemi berkat monitoring yang intens dari Menteri Kesehatan.
“Kunci lain dari penanggulangan TBC yang kami lakukan adalah kemampuan dalam bekerja sama dengan para pemangku kepentingan multisektor dan donor, termasuk kementerian, entitas sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil,” tambah Bayu.
(Viz)