JURNALKALIMANTAN.COM, JAKARTA – Ekonom asal Universitas Indonesia Chatib Basri, buka suara tentang kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait Bantuan Langsung Tunai (BLT) minyak goreng untuk masyarakat.
Dia menyebut, BLT sudah tepat di tengah lonjakan harga minyak sawit di Pasar Internasional.
Menurut dia, BLT juga akan lebih tepat sasaran dan mampu menghemat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Langkah pemerintah itu saya rasa sudah benar, dengan membiarkan harganya (minyak goreng, red) mengikuti pasar kemudian memberikan BLT,” ujar Chatib pada diskusi Indonesia Macroeconomic Updates 2022, yang dilihat langsung melalui YouTube BKF Kementerian Keuangan, Selasa (5/4/2022).
Chatib menyebut, BLT ini akan lebih tepat sasaran dibanding pemerintah memberikan subsidi untuk seluruh barang minyak goreng.
Sebab, lanjutnya, subsidi membuka peluang masyarakat kalangan menengah ke atas akan menikmatinya.
Chatib mengatakan, penerima BLT dibatasi hanya untuk kelompok masyarakat yang memang sangat membutuhkan bantuan. Hal tersebut, tentu lebih tepat sasaran karena data penerimanya sudah ada.
“Beban dari BLT itu lebih kecil dibandingkan subsidi dari seluruh barang. Bayangkan kalau seluruh minyak gorengnya disubsidi, itu yang kaya juga menikmati. Tapi kalau dia targeted, bisa punya dampak, kalau saya enggak salah 20 juta rumah tangga saja yang dapat,” jelas Chatib.
Bahkan ia menyebut, jika pemerintah menambah jumlah BLT dua kali lipat hingga 40 juta keluarga yang menerima, beban APBN yang ditanggung pemerintah pun tidak terlalu besar.
“Kalau 160 juta orang dibagi 40 juta rumah tangga, kalau Rp300 ribu berarti kan Rp12 triliun sebulan. Kita bicara tiga bulan Rp36 triliun. Itu bayangkan, lebih dari 60% penduduk Indonesia dikasih BLT,” ujar Chatib.
Presiden Jokowi sendiri akan membagikan BLT ini kepada 20,5 juta masyarakat miskin dan 2,5 juta untuk pedagang kaki lima. Bantuan tersebut akan mulai didistribusikan per-April 2022 dan diberikan langsung untuk tiga bulan sebesar Rp300 ribu.