Gugur Dalam Tugas Jaga Kedaulatan Negara, Kepulangan Prajurit Asal Batola Pratu Yahya dalam Keranda Pahlawan

Suasana saat ibu Pratu Yahya memandangi foto anaknya yg telah gugur. (Foto : Api)

JURNALKALIMANTAN.COM, BARITO KUALA – Suasana duka menyelimuti Desa Patih Muhur Baru, Kecamatan Anjir Muara, Sabtu (9/8/2025) malam, ketika jasad Pratu (Anumerta) Yahya tiba di rumah orang tuanya.

Isak tangis keluarga pecah, mengiringi kedatangan sang prajurit yang gugur dalam tugas menjaga kedaulatan negara di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah.

Pratu Yahya, Anggota Batalion Infanteri 500/Sikatan Komando Daerah Militer Brawijaya, gugur saat kontak tembak dengan anggota Organisasi Papua Merdeka pada Jumat (8/8) pagi.

Jenazahnya dibawa dari Timika, transit di Makassar dan Jakarta, sebelum akhirnya tiba di Banjarmasin dan diteruskan ke kampung halaman.

Ayah almarhum, Dariansyah, mengungkapkan terakhir berkomunikasi dengan anak ketiganya tersebut pada Kamis (7/8).

“Dia sempat beberapa kali menelepon ibunya, tapi tidak diangkat karena di sawah. Saat diangkat, dia sempat kesal sedikit. Sebelum menutup telepon, dia bilang jangan hubungi dua hari ke depan karena sedang jaga,” kenangnya.

Malam itu, Dariansyah mengaku hatinya gelisah tanpa sebab. Keesokan paginya, ia didatangi Babinsa setempat dan dihubungkan dengan komandan anaknya di Papua.

“Dari situlah saya tahu dia gugur. Ibunya langsung histeris,” ujarnya.

Pratu Yahya bergabung dengan TNI pada 2022. Selama bertugas, ia hanya sekali pulang, selebihnya berkomunikasi lewat telepon atau panggilan video. Menurut ayahnya, almarhum dikenal berbakti, mandiri, dan aktif di sekolah maupun kegiatan karate.

“Menjadi tentara sudah cita-citanya sejak lama. Dia pernah bilang ingin menaikkan haji saya dan ibunya,” tutur Dariansyah, menahan haru.

“Kami ikhlas. Dia gugur sebagai pahlawan, dan kami bangga,” pungkasnya.

(Api/Ahmad M)