JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Tahun 2020 telah menjadi tahun yang penuh tantangan bagi semua pihak, termasuk dunia finansial, yang terpukul dengan adanya pandemi Covid-19. Namun, situasi tersebut tak membuat Bank Kalsel pesimis menghadapi bisnis di tahun 2021.
Setelah berhasil meraih Peringkat Komposit 2 pada tahun 2020,
bank kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan ini menyongsong tahun baru dengan optimisme yang tinggi, meski proyeksi ekonomi 2021 belum menentu.
Melihat kondisi ini, tantangan utama yang akan dihadapi oleh Bank Kalsel, ialah keharusan tetap bertumbuh di tengah ketidakpastian ekonomi dan persaingan industri keuangan. Selain itu, keharusan menyesuaikan diri dengan pola
kenormalan baru, serta peka dalam melihat peluang.
Untuk itu, Bank Kalsel mengambil strategi dan langkah-langkah konservatif, untuk berfokus pada upaya optimalisasi lini bisnis yang telah menjadi kekuatannya.
Strategi utama Bank Kalsel tahun 2021 masih relevan dengan tahun 2020, yakni pengembangan teknologi informasi (TI), dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Pengembangan TI difokuskan pada digitalisasi terhadap pelayanan bank, meliputi migrasi sistem inti, membangun mahadata, pengelolaan pengalaman pelanggan, pengembangan produk, dan layanan digital, serta memperkuat kapabilitas digital.
Sedangkan pengembangan SDM, akan fokus mempersiapkan kapasitas dan kompetensi pegawai dalam menghadapi tantangan industri perbankan ke depan, sekaligus menyongsong era perbankan digital.
Untuk implementasinya, dua strategi besar tersebut diturunkan kembali ke dalam tiga fokus strategi. Pertama, ialah optimalisasi pendapatan, sebagai upaya untuk dapat mempertahankan rentabilitas dalam tingkatan yang wajar. Kedua, efisiensi biaya, agar dapat meminimalkan semua pos-pos pengeluaran berdasarkan skala prioritas. Ketiga, menjaga kualitas kredit, yakni berfokus pada kredit yang berkualitas baik dan mengoptimalkan penagihan.
Direktur Utama Bank Kalsel, Agus Syabarrudin menyampaikan, pihaknya akan mengimplementasikan strategi tersebut dalam tiga model bisnis. Dengan strategi dan model bisnis ini, Bank Kalsel optimis tumbuh lebih baik lagi di tahun 2021.
“Dalam implementasinya, fokus strategi ini akan kami wujudkan dalam tiga model bisnis, sebagai kunci sukses untuk tetap dapat terus bertumbuh di tengah krisis. Pertama, mode bertahan hidup, bagaimana bank memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk terus tumbuh di tengah ketidakpastian perekonomian dan
persaingan. Kedua, mode adaptif, yakni bagaimana bank dapat mengatasi kelemahan dan tantangan yang dihadapi, untuk menciptakan bisnis yang mampu beradaptasi dalam memenuhi permintaan pasar dan menciptakan pengalaman pelanggan yang baik. Terakhir, mode ofensif, bagaimana bank dapat mendeteksi dan menanggapi setiap peluang yang ada dan memanfaatkannya untuk menjadi potensi keuntungan bank,” ungkap Agus Syabarrudin kepada jurnalkalimantan.com, melalui siaran persnya rabu (06/01/2021).
Pihaknya yakin, dengan strategi dan model bisnis ini, Bank Kalsel mampu bertahan, dapat beradaptasi dengan kondisi yang ada, sekaligus meningkatkan kinerja bisnis dan kerjasama dengan pemangku kepentingan.
“Kami memiliki optimisme, vaksinasi Covid-19 yang direncanakan mulai dilaksanakan pada kuartal I 2021, akan memberikan stimulus pada sektor layanan keuangan. Mengacu pada Rencana Bisnis Bank 2021, target Bank Kalsel tahun ini dapat mencapai pertumbuhan aset sebesar 8,41%, pertumbuhan kredit sebesar 6,50%, pertumbuhan laba sebesar 9,43%, dan pertumbuhan modal inti sebesar 12,87%,” lanjut Agus Syabarrudin.
Di sisi lain, komitmen Bank Kalsel untuk melaksanakan program transformasi Bank Pembangunan Daerah, masih tetap terjaga, yang merupakan komitmen bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Asosiasi Bank Pembangunan Daerah. Saat ini, tramsformasi tersebut telah memasuki tahap kedua, yaitu melakukan percepatan pertumbuhan. Pada tahap ini, fokus yang dilakukan adalah meningkatkan skala dan kinerja bisnis, pertumbuhan pangsa pasar, pemantapan budaya perusahaan dan budaya kepemimpinan.
Terkait arah dari kebijakan pengembangan Unit Usaha Syariah, Agus juga menyampaikan, bahwa tahun ini Bank Kalsel masih tetap fokus terhadap upaya pemisahan unit tersebut.
“Apapun model pemisahan yang nantinya menjadi pilihan Bank Kalsel, baik organik maupun non organik, pengembangan kinerja harus dilakukan secara atraktif, mengingat sesuai ketentuan OJK, Unit Usaha Syariah harus dipisah pada tahun 2024. Saat ini, Bank Kalsel Syariah masih tetap berupaya untuk repositioning market menjadi bank pilihan masyarakat Kalimantan Selatan,”
tutup Agus.
Atas hal ini, Bank Kalsel selalu melakukan upaya-upaya strategis, baik dalam bentuk koordinasi terhadap pemegang saham, melakukan riset pasar, membuat kajian-kajian akademis, dan lain sebagainya, sehingga pemisahan Unit Usaha Syariah dapat terlaksana dengan baik.
Editor : Ahmad MT














