KONI Pusat Gelar Pelatihan Dokter Ring PON Bela Diri II/2025 Kudus

Pelatihan dokter Ring PON beladiri 2025

JURNALKALIMANTAN.COM, JAKARTA  – Wakil Ketua Umum I KONI Pusat, Mayjen TNI Purn Suwarno, secara resmi membuka Pelatihan Dokter Ring Pekan Olahraga Nasional (PON) Bela Diri II Tahun 2025 Kudus. Penyelenggaraan digelar secara daring, belum lama tadi.

Kegiatan ini menjadi langkah strategis yang diambil KONI Pusat dalam meningkatkan kesiapan, preventif dan keselamatan atlet. Khususnya dalam cabang olahraga (cabor) bela diri yang memiliki risiko cedera cukup tinggi pada kompetisi PON Bela Diri 2025 di Kudus.

Pelatihan dimoderatori oleh Marsma TNI Purn, Rochmulyati, selaku Kabid Kesehatan Olahraga KONI Pusat.

Narasumber yang hadir adalah dr. Hario Tilarso, Sp.KO. yang pernah menjadi Dokter Kontingen Indonesia untuk berbagai ajang besar. Seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade dari tahun 1972-1992, dan dr. Arie Sutopo, Sp. KO. yang aktif sebagai dokter olahraga, sebagai narasumber ahli.

Dalam sambutannya, Suwarno menekankan pentingnya kehadiran dan peran dokter ring di setiap arena pertandingan. Ia mengungkapkan bahwa selama pelaksanaan berbagai ajang olahraga, sering kali terjadi cedera yang membutuhkan penanganan cepat.

“Atlet adalah aset. Dalam pertandingan seperti PON Bela Diri 2025 di Kudus, kita tidak hanya bicara prestasi, tapi juga proses persiapan untuk event-event besar lainnya. Maka dari itu, kehadiran dokter ring sangat vital,” ujar Suwarno, dikutip dari laman resmi KONI.

Materi pertama disampaikan oleh dr. Hario Tilarso, Sp.OK. yang menjelaskan berbagai jenis cedera yang umum terjadi pada cabang olahraga bela diri, mulai dari memar, cedera otot, ligamen, hingga patah tulang.
“Salah satu metode utama penanganan awal adalah prinsip RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation) yang perlu diterapkan pada berbagai jenis cedera seperti hematoma, otot tertarik, dan cedera ligamen,” ucap Hario.

Sementara itu, dr. Arie Sutopo, Sp.OK. menjelaskan perbedaan antara dokter ring dan dokter pertandingan. Dokter ring memiliki kewenangan untuk menghentikan pertandingan jika dinilai kondisi atlet tidak memungkinkan untuk melanjutkan.

Lebih lanjut, ia menjabarkan sistem kerja tim medis dalam cabor bela diri di ajang seperti PON, yang melibatkan tiga dokter: dokter arena, dokter pertandingan, dan dokter penonton.

Setiap cabor bela diri yang mengikuti PON Bela Diri 2025 di Kudus memiliki ketentuan dan risiko cedera yang berbeda, sehingga diperlukan ketentuan-ketentuan khusus terkait masalah kesehatan dan risiko cedera. Saat ini, terdapat sepuluh ketentuan mengenai masalah kesehatan yang telah dikeluarkan oleh masing-masing cabor sebagai acuan pelaksanaan pertandingan. (YUN)