JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Prosedur sedot lemak atau liposuction kembali mencuat pasca kasus meninggal dunia selebgram asal Medan, di salah satu klinik di Depok, Jawa Barat.
Meski sudah dikenal sejak lama, rupanya masih banyak yang tidak tahu bahwa tindakan tersebut merupakan kategori pembedahan.
Menggunakan teknik hisap, sedot lemak bertujuan untuk menghilangkan lemak dari area tubuh tertentu.
Seperti perut, pinggul, paha dan lengan, untuk mengurangi lemak di bagian tersebut yang akan berimbas pada pengurangan berat badan.
Amankan prosedur tersebut?
Dilansir dari detikHealth, dr. Tompi, dokter spesialis bedah yang juga penyanyi Indonesia, mengungkapkan bahwa proses pembedahan akan berbahaya jika caranya tidak tepat.
“Tidak oleh orang yang tepat, tidak dengan persiapan yang baik, nah sama halnya dengan sedot lemak,” tuturnya.
Tindakan tersebut ditegaskan Tompi harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan terukur. Misalnya di ruang operasi dengan peralatan standar dan dilakukan oleh dokter spesialis bedah plastik.
Ia turut menyoroti maraknya program sedot lemak yang disediakan klinik kecantikan oleh seseorang yang bukan dokter spesialis.
“Ini adalah pekerjaan yang kita dokter spesialis bedah plastik harus sekolah dulu, baru bisa ngerjain. Namun akhir-akhir ini mulai banyak yang bukan dokter bedah plastik ikut mengerjakan, bermodal ikut workshop sekali,” ujarnya lagi.
Menurut Tompi, meski terlihat mudah, prosedur sedot lemak harus melewati proses yang panjang.
Mulai dari pengecekan riwayat kesehatan pasien, tahapan pembiusan yang benar, hingga lokasi operasi yang dilakukan di ruang khusus di rumah sakit.
Hal itu berkaitan dengan keamanan dan keselamatan pasien selama prosedur pembedahan berlangsung.
“Ini (pembiusan, red.) ada tata caranya nggak boleh sembarangan, salah kasih obat bius pasien bisa gagal napas,” pungkas Tompi.
(Viz)
