JURNALKALIMANTAN.COM, BARITO KUALA – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia Kabupaten Barito Kuala (Batola), laksanakan Kajian Ramadan 1444 H di Despacito Cafe Marabahan, Rabu (19/04).
Kegiatan rutin tahunan sekaligus buka puasa bersama yang juga diisi tausiah Ustaz Muhammad Zabir ini, dihadiri seluruh pengurus tingkat kabupaten dan kecamatan.
Pada kesempatan itu, Ketua KNPI Batola Hery Sasmita menyampaikan beberapa hal, berkaitan dengan tantangan pemuda dalam menghadapi era _Society_ 5.0, masa kehidupan manusia sudah ketergantungan seluruhnya dengan teknologi, utamanya gawai masing-masing.
“Society_ 5.0 adalah masyarakat super pintar yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial, melalui sistem yang sangat mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik,” terang Hery.
“Untuk itu, diperlukannya pemahaman _Society_ 5.0 yang berbasis spiritualitas dan kebudayaan, sebagai bekal bagi proses pengembangan generasi milenial yang siap akan problematika dan tantangan,” tambah ASN yang menjabat Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika itu.
Hery menegaskan, di era serba instan ini sering tampak berbagai persoalan, seperti maraknya praktik politisasi agama, penyalahgunaan dakwah, eksploitasi umat, hingga banyaknya ujaran kebencian, hoaks, dan fitnah.
Sehingga ia mengajak generasi muda turut andil dalam menyebarkan konten positif.
“Setiap bangsa sangat mengharapkan dapat menghadirkan generasi muda yang berkualitas dan berkeseimbangan, baik secara aspek agama (akidah, syariat, dan akhlak), aspek pendidikan dan keterampilan, aspek keberadaban (budaya, nilai, dan teknologi), aspek kesejahteraan (ekonomi dan nonekonomi), serta aspek sosial (kemasyarakatan dan kebangsaan),” ujarnya.
Hery menekankan, generasi yang berkualitas harus disiapkan melalui beberapa tahap, yakni penanaman unsur akidah, syariat, dan akhlak secara kuat maksimal, agar melahirkan generasi yang cerdas, sabar, dan saleh.
“Memberikan bekal ilmu, sains, dan keterampilan berbasis teknologi, sehingga melahirkan generasi yang profesional dan inovatif. Menyiapkan lingkungan, tradisi, dan budaya hidup yang mampu mendorong lahirnya generasi yang berkarakter, berintegritas, dan istikamah,” urainya.
Menyikapi kondisi seperti ini, pria Bakumpai 39 tahun itu mengatakan, dibutuhkan generasi muda yang dibalut dengan bingkai nilai-nilai _rahmatan lil alamin._
_”Rahmatan lil alamin_ adalah memahami Al-Qur’an dan hadis untuk kebaikan semua manusia, alam, dan lingkungan. Seperti yang tertera pada Al- Qur’an Surah Al-Anbiya Ayat 107, ‘Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam’,” urai Hery.
Ia menjabarkan, _rahmatan lil alamin_ merupakan ciri keagungan Islam, yang penjabaran secara konkret, di antaranya orang lain bisa ikut menikmati, merasakan faedah, terangkat martabatnya, siapapun membutuhkannya, dan semua orang terbantu olehnya.
“Pelaksanaan Islam _rahmatan lil alamin_ membutuhkan sebuah sikap yang bijaksana dalam mengelolanya, yaitu: sikap yang profesional, tidak mudah terpancing, tidak emosional, tetapi tetap sabar sambil memberikan pemahaman yang lengkap tentang Islam,” pesan Hery.
Ia melanjutkan, pelaksanaan Islam _rahmatan lil alamin_ membutuhkan rasionalitas, penguasaan diri, mencari jalan keluar, pemaaf, kasih sayang, berbaik sangka, tasamuh (toleran), tawasuth, dan adil.
“Seorang muslim yang baik dan yang kafah adalah yang mampu membumikan nilai-nilai Al-Qur’an. Nilai-nilai Al-Qur’an yang dipahami benar-benar sesuai dengan kontekstualitas, bukan nilai-nilai yang kaku dan menakutkan. Nilai-nilai yang membuat perilaku muslim disebut sebagai pribadi yang _berakhlakul karimah,”_ ungkapnya.
Untuk itu Hery mengingatkan, ajaran-ajaran yang ada dalam Al-Qur’an adalah pedoman alam semesta. Jika diamalkan, akan membentuk karakter yang sakinah, _mawaddah war-rahmah._
“Memiliki keterampilan nonteknis yang mumpuni dibarengi dengan karakter, harus dimiliki generasi milenial menyongsong era _society 5.0”,_ pungkasnya.
(Alibana)