JURNALKALIMANTAN.COM, BALIKPAPAN – Presiden Republik Indonesia secara resmi membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVII Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), di Balikpapan Sport and Convention Center, Kalimantan Timur.
Kegiatan tersebut dihadiri Wali Kota Banjarmasin H. Ibnu Sina didampingi Sekretaris Daerah Ikhsan Budiman, Asisten I Bidang Pemerintahan Machli Riyadi, Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Windiasti Kartika.
Dalam wawancara, Ibnu Sina menyampaikan, bahwa Banjarmasin pun sedang berada di tahap pembangunan kota yang ramah dan nyaman untuk ditinggali sesuai arahan Presiden RI.
“Mulai sekarang harus mendesain kota untuk bisa ramah, nyaman bagi warga. Yang sudah terlanjur kata bapak Presiden, mau tidak mau memang berupaya untuk mengembalikan itu ke konsep kota hijau, kota yang smart, kota yang friendly, di samping liveable city (kota yang nyaman) juga loveable,” ungkapnya.
Ibnu menjelaskan, Banjarmasin dalam perencanaan pembangunan menerapkan konsep no one leave behind, yang artinya tidak ada pembangunan yang dibeda-bedakan, seperti teman teman disabilitas atau kelompok rentan.
“Atau kelompok yang jarang didengar aspirasinya. Nah itu yang juga kita lakukan di Banjarmasin,” tegasnya.
Dalam pidatonya, Presiden RI menekankan pentingnya perencanaan kota yang detail untuk menghadapi tantangan perkotaan di masa depan.
“Pada tahun 2045, sekitar 70% penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan. Angka ini diprediksi mencapai 80% secara global pada 2050. Kondisi ini akan memberikan beban yang sangat berat bagi kota-kota,” ungkap Joko Widodo.
Ia menambahkan, tanpa perencanaan matang, kota-kota di Indonesia berisiko menghadapi masalah serupa dengan yang dialami kota-kota di Eropa dan Amerika, seperti tingginya angka pengangguran dan banyaknya tunawisma.
Presiden menegaskan, bahwa kota-kota di Indonesia harus menjadi tempat yang nyaman untuk dihuni (liveable) dan disukai (loveable), baik oleh penduduk maupun pengunjung.
Masalah kemacetan yang sudah mulai terjadi di banyak kota juga menjadi perhatian Jokowi, yang dinilai menjadi tantangan yang harus segera diatasi.
“Macet, semuanya sudah mulai macet. Oleh sebab itu, sekali lagi, rencana kota mengenai transportasi massa, transportasi umum, itu harus disiapkan,” katanya.
Presiden menggarisbawahi pentingnya mengembangkan transportasi massal yang terjangkau dan efisien.
Ia mengungkapkan, biaya pembangunan sistem transportasi seperti moda raya terpadu (MRT) dan lintas rel terpadu (LRT) sangat tinggi, sehingga perlu mencari alternatif yang lebih ekonomis, seperti autonomous rapid transit (ART) yang tidak memerlukan rel namun menggunakan magnet.
Selain itu, Presiden menekankan, bahwa kota masa depan tidak harus dipenuhi gedung pencakar langit. Sebaliknya, kota yang baik adalah kota yang ramah pejalan kaki, penyandang disabilitas, pesepeda, anak, dan perempuan.
“Kota yang baik adalah kota yang ramah terhadap lingkungan. Artinya, kota ini memang harus green, harus smart, dan harus friendly,” jelasnya.
Presiden juga mengapresiasi kota-kota yang telah menunjukkan komitmen dalam menjaga lingkungan. Ia berharap, konsep hijau ini juga diterapkan di Ibu Kota Nusantara (IKN), yang dirancang sebagai ibu kota terhijau di dunia.