Hutan, Budaya, dan Pangan Sintang Jadi Sorotan di Pameran SDO 2025

Suasana Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) menggelar talkshow “Jelajah Sintang Lestari Melalui Ekowisata Berbasis Budaya: Cerita dari #ExploNation” di ICE BSD, Tangerang

JURNALKALIMANTAN.COM, BANTEN – Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) menggelar talkshow “Jelajah Sintang Lestari Melalui Ekowisata Berbasis Budaya: Cerita dari #ExploNation” di ICE BSD, Tangerang, belum lama tadi.

Acara ini menjadi bagian dari rangkaian Sustainable District Outlook (SDO) 2025 sekaligus puncak program ExploNation.

Program tersebut melibatkan influencer dan pemuda lokal untuk mempelajari praktik ekonomi restoratif melalui ekowisata di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Perjalanan edukatif ini difasilitasi komunitas Gemilang (Sintang) dan Samudra Bekudong’k (Sanggau), dengan menghadirkan travel blogger Febrian dan finalis MasterChef Indonesia Season 8, La Ode Saiful Rahman. Mereka berbagi pengalaman lewat talkshow, pameran foto-video, dan peluncuran mini buku resep hidangan lokal.

“ExploNation menjadi wadah kolaborasi untuk memperluas pemahaman publik mengenai ekonomi restoratif berbasis budaya di Sintang, dengan mengangkat kekayaan alam, budaya, dan pangan sebagai aset regeneratif,” ujar Restiana Purwaningrum, Lead Project Festival Lestari sekaligus moderator.

Kepala Bidang Perekonomian dan SDA Bappeda Sintang, Boby Oktavianus, berharap kegiatan serupa terus dilanjutkan. “Kunci dari model ekonomi restorasi ada pada anak muda. Harapannya, Sintang tidak hanya maju secara ekonomi, tapi juga lingkungannya terjaga dan budaya lokalnya terangkat,” ujarnya.

SDO sendiri merupakan agenda tahunan LTKL yang menjadi ruang refleksi dan dialog antara kabupaten anggota, mitra pembangunan, komunitas, hingga publik. Tahun ini salah satu rangkaian utama adalah pameran bertajuk “ARAH” yang menampilkan capaian, tantangan, serta potensi pembangunan lestari kabupaten anggota.

Sebagai bagian dari pameran, ditampilkan dokumentasi perjalanan ExploNation di Sintang, mulai dari kehidupan di Rumah Betang Ensaid Panjang, eksplorasi hutan Rimba Gupung, hingga regenerasi tenun ikat Dayak Sintang dengan pewarna alami. Rimba Gupung sendiri menjadi contoh pengelolaan hutan berbasis tradisi dan pengetahuan lokal yang kini telah mendapat pengakuan resmi lewat peraturan daerah.

Melalui karya visual tersebut, pengunjung diajak melihat lebih dekat bagaimana hutan, budaya, dan pangan Sintang dijaga serta dihidupkan kembali sebagai bagian dari praktik ekonomi restoratif.(Viz)