Angkat Pemikiran Tokoh Intelektual, Dispersip Kalsel Bedah Buku Sains, Agama, dan Kebijakan Publik

Prof Dr. H. Mujiburrahman, S.Ag.,M.A, (tengah) saat memaparkan isi bukunya. (Foto: Ih)

JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Provinsi Kalimantan Selatan, kembali menggelar kegiatan bedah buku, kali ini berupa koleksi milik tokoh intelektual daerah, yakni karya Prof. Dr. H. Mujiburrahman, S.Ag., M.A., Rektor Universitas Islam Negeri Antasari, yang berjudul Sains, Agama, dan Kebijakan Publik.

Kegiatan dibuka resmi Kepala Dispersip Sri Mawarni, S.Sos., M.Si., yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya pelestarian dan pemanfaatan warisan intelektual lokal bagi generasi muda.

“Kalsel memiliki sumber daya pemikiran yang luar biasa. Tugas kita bersama adalah memastikan bahwa warisan intelektual ini dapat diakses dan dimanfaatkan oleh generasi mendatang,” ujarnya di Aula Dispersip, Senin (6/10/2025).

Kepala Dispersip Kalsel (kanan) didampingi Kepala Bidang Pelayanan dan Pembinaan saat diwawancara usai membuka kegiatan bedah buku.

Selain itu menurutnya, buku karya Prof. Mujib tidak hanya sekadar karya ilmiah, namun juga refleksi dari kedalaman pemikiran yang menjembatani sains dan agama.

“Ilmu pengetahuan dan agama bukanlah dua kutub yang bertentangan, melainkan dua kekuatan yang bersinergi dalam merumuskan kebijakan publik yang adil dan berorientasi pada kemaslahatan umat,” tuturnya.

Kadis juga mengapresiasi, bahwa koleksi pustaka daerah kini memuat karya-karya tokoh intelektual lokal yang memiliki pengaruh nasional.

Melalui kegiatan ini, Sri mengajak seluruh pihak untuk menjadikan perpustakaan tidak hanya sebagai tempat penyimpanan buku, melainkan juga pusat pemikiran dan peradaban.

“Kami berharap kegiatan ini dapat memperkuat budaya literasi, mempererat kolaborasi antarinstitusi, serta menumbuhkan semangat literasi yang berakar pada nilai-nilai lokal dan universal,” tambahnya.

Sementara itu, Rektor menerangkan, buku ini membahas tentang hubungan sains, agama, dan kebijakan publik, dengan kasus khusus selama masa Covid-19. Karena, hal itu dinilai sangat penting dalam sejarah peradaban umat manusia, terlebih di Indonesia yang merasakan terjadi benturan dan ketegangan, di antara ilmu sains kesehatan, agama, dan kebijakan publik pada sisi lain.

“Kesimpulannya, ketiganya itu harusnya tidak bertentangan, ada pemahaman yang salah jika ketiganya dipertentangkan, karena baik itu agama, sains, dan kebijakan publik, semuanya tujuannya sama, yaitu untuk kemaslahatan dan kebaikan hidup umat manusia,” tutupnya.

Pada kegiatan ini dihadiri pejabat struktural dan fungsional lingkup Dispersip, para akademisi, pegiat literasi, pustakawan, mahasiswa, serta masyarakat umum. Turut hadir sebagai pembahas buku adalah Nasrullah, S.Sos.I., M.A., dosen Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, yang juga alumnus Institut Agama Islam Negeri (sekarang UIN) Antasari.

(Tul/Ang)