Atasi Kelangkaan LPG, Hiswana Minta Jembatan Kayutangi Dibuka

Hiswana Migas
Ilustrasi | Tabung Gas

JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN Pascabanjir yang melanda beberapa wilayah di Kalimantan Selatan (Kalsel), dan berakibat terhadap kerusakan infrastruktur jalan maupun jembatan, tentunya berdampak terhadap penyaluran LPG 3 kg, sehingga terjadi gejolak di masyarakat, dan harganya pun ikut mengalami kenaikan.

Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Cabang Kalsel, H. Saibani menegaskan, bahwa sebenarnya LPG 3 kg tidak terjadi kelangkaan, bahkan stok yang ada sekitar 2.876 metrik ton mampu memenuhi kebutuhan masyarakat selama 8 hari ke depan.

“Kami tidak bisa menyalurkan LPG 3 kg secara maksimal kepada rekanan pertamina, baik di Station Pengisian Bulk Elpiji, termasuk ke agen dan pangkalan, karena akses utama di Jalan Gubernur Syarkawi tidak bisa dilewati,” tutur H. Saibani saat didampingi sekretarisnya, H. M. Irfani, kepada jurnalkalimantan.com, di kantornya, di Banjarmasin, Sabtu (20/02/2021).

Hiswana Migas Kalsel
Ketua Hiswana Migas Kalsel, H. Saibani (kiri), H.M. Irfani (kanan) Sekretaris Hiswana Migas Kalel

Dalam hal ini, pihaknya bersama tim, baik dari Dinas Perhubungan Kalsel, Asisten II Sekretariat Daerah Provinsi Kalsel, serta Pertamina, sudah turun langsung ke lapangan, untuk melihat kondisi jalan tersebut, dan disimpulkan memang tidak bisa dilewati. Kalaupun dilewati, resikonya terlalu besar.

“Inilah penyebab utamanya Hiswana migas dan Pertamina tidak bisa melayani masyarakat secara maksimal. Atas nama Pertamina dan Hiswana Migas, kami meminta maaf,” ungkap H. Saibani.

Dirinya merasa khawatir, karena selama infrastruktur tersebut tidak ditangani dengan maksimal, selama itu pula akan terjadi kekurangan pasokan ke masyarakat.

“Dalam mengatasi masalah ini, Pertamina bersama Hiswana Migas sudah menyewa kapal Landing Craft Tank (LCT). Bahkan jam kerja pun juga ditambah untuk bisa melayani masyarakat Banjarmasin, Banjarbaru, Martapura, sampai Kabupaten Tanah Laut,” kata H. Saibani.

Meskipun dengan menggunakan kapal LCT yang selama ini dibiayai pertamina, ternyata solusi ini belum juga maksimal, karena jarak tempuhnya memakan waktu yang cukup lama.

“Kalau hal ini tidak dilakukan, dipastikan LPG 3 kg tidak bisa disalurkan,” beber H. Saibani.

Dalam kondisi normal, penyaluran LPG bersubsidi di Kalsel, bisa mencapai 335,593 metrik ton per hari (sekitar 111.864 tabung). Setelah adanya banjir, terjadi penurunan 35%–40% (sekitar 71.366 tabung per hari).

“Kondisi ini tidak akan normal, apabila infrastruktur tersebut tidak ditangani dengan baik oleh pihak terkait,” papar H. Saibani.

Ia juga meminta pihak bersangkutan, untuk memberikan solusi dalam menangani permasalahan ini, baik itu jangka pendek maupun panjang.

Sementara itu, Sekretaris Hiswana Migas Kalsel, H. M. Irfani menambahkan, untuk penyaluran LPG 3 kg di Banjarmasin, yang mengambil dari Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) Jambu Lingkar Selatan, dalam kondisi normal, rata-rata bisa mencapai 35 rit, atau sekitar 20.000 tabung per hari. Namun dengan kondisi sekarang ini, para agen hanya bisa mengambil 1 rit saja.

“Artinya, meski kondisi stok di depo mini melimpah, tetap tidak bisa menyalurkan ke SPBE Jambu. Karena SPBE Jambu mengambil di depo mini Sungai Bakut, dan kondisi Jalan Gubernur Syarkawi tidak bisa dilewati, walaupun menggunakan LCT juga tidak maksimal,” ungkap H. M. Irfani.

Pihaknya juga sudah melakukan permohonan atau dispensasi kepada Pemerintah Provinsi Kalsel, untuk dibukakan Jembatan Kayu Tangi, untuk mengatasi permasalahan ini.

“Dan saat ini ada sekitar 200 truk, atau sekitar 100 ribu tabung lebih yang belum terangkut untuk agen di Banjarmasin. Sehingga 500 pangkalan banyak yang kosong, karena SPBE Jambu kosong, sedangkan di depo mini stoknya berlimpah,” pungkas H. M. Irfani.

“Untuk itu, kami meminta solusi jangka pendek kepada pemerintah, agar membuka akses jalan Jembatan Kayu Tangi selama 2 minggu ke depan,” harapnya.

Editor : Ahmad MT