Oleh: IBG Dharma Putra
Keramaian pemilihan kepala daerah yang mulai terasakan disertai keinginan berkuasa semua partai politik tanpa melihat kriteria terkombinasi dengan rasa ingin mempunyai kriteria pemimpin bergasasan, menginisiasi dibuatnya tulisan ini. Tulisan ringkas tentang ide dan gagasan yang ditampilkan berbentuk slogan juara, sekaligus untuk mengapresiasi keberhasilan Bapak Aditya Mufti Arifin sebagai Wali Kota Banjarbaru di Provinsi Kalimantan Selatan.
Pengertian yang sebenarnya dari juara adalah seseorang atau kelompok yang memenangkan kompetisi, artinya orang terbaik, mungkin saja tak selalu menang dalam semua pertempuran tapi jelas serta nyata, mampu memenangkan peperangan.
Kata juara dapat dijadikan cita-cita, dimaknai sebagai motivasi atau semangat yang mampu menumbuhkan kekuatan dan daya juang bagi tumbuhnya keunggulan komparatif maupun kompetitif, kepemimpinan, menjadi lebih maju dan sejahtera serta tetap menjaga keimanan, taat ibadah, menjunjung tinggi norma.
Juara sebagai cita-cita, menunjukkan keinginan dalam berproses secara sistematis secara baik dan sesuai ketentuan, menjauhi kemudaratan dalam mencari manfaat, sekaligus pengingat pada sebuah keyakinan, bahwa semakin baik tingkat keimanan dan keagamaan seseorang, diharapkan semakin takut berbuat cela ataupun bertindak kriminal.
Menjadi pemimpin bercita-cita luhur, bertindak terbaik bak juara, dan menggunakannya sebagai slogan kepemimpinan pada kondisi tak menentu yang diwarnai apatisme serta hilang semangat karena hilangnya kepercayaan akibat berbagai kecurigaan akan adanya kecurangan berpolitik, merupakan tindakan yang penuh tantangan dan hambatan.
Konsistensi pada niat luhur disertai ketegaran dalam mengatasi berbagai onak dan duri dalam perjalanan kepemimpinan berslogan juara, akan tampak pada kesejahteraan masyarakat yang meningkat, baik secara makro maupun mikro ekonomi. Kondisi tersebut bisa dijadikan dasar pemikiran, bahwa pemimpin seperti itu pada hakikatnya harus dipertahankan dan tidak layak diganti.
Berbagai alasan dapat dibuat secara akal-akalan politik yang bahkan bisa disertai dengan sogokan money politic pada pemilih untuk menggantikan pemimpin seperti itu. Kecurangan seperti itu tak akan berhasil jika tokoh agama dan tokoh masyarakat serta para cendekia tetap berupaya menjaga kewarasan pola pikir rakyat untuk bertambah sejahtera melalui perbaikan ekonomi, peningkatan mutu pendidikan, dan pelestarian lingkungan.
Peningkatan kesejahteraan memerlukan peduli dan kepedulian dipastikan ada pada pemimpin yang bertahan dalam slogan juaranya. Peduli akan terlihat pada perhatiannya pada hal kecil yang berdampak besar, tetap berkomunikasi dalam situasi apapun, kecepatan tanggapan, kondisi saling memaafkan dan memberi kesempatan, saling paham kondisi, saling memberi dukungan dan kenyamanan, penegakan keadilan, serta mengesampingkan kepentingan pribadi.
Kepedulian tergambarkan pada kepemimpinan yang memperhatikan secara setara semua lini kepemerintahan, baik pemerintah, masyarakat, maupun swasta. Keberadaan kepemerintahan yang baik akan berbagai sukses modernisasi, bisa melalui perencanaan tata kota, pemantapan manajemen pemerintahan, dan pengalangan aspirasi dan partisipasi yang diikuti perluasan jaringan dan jejaring pemerintahan.
Pembangunan tentunya akan berhasil ditandai oleh keberhasilan mengembangkan potensi untuk menghadapi tantangan masa depan, menciptakan daerah ikonik, bertumbuh dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.
Pemimpin berniat luhur seperti itu menjadi dambaan. Memilih dan mempertahankannya perlu selalu diingatkan, karena memilih yang terbaik belum tentu diminati semua orang, apalagi jika orang itu mempunyai kepentingan pribadi. Terkadang pemilih suka barang kw bukan karena tidak punya duit, tapi karena terlihat sama saja.
Masyarakat perlu disadarkan bahwa yang asli tetap berbeda dari barang kw, terutama akan terasa bedanya jika sudah dipakai. Barang asli juga lebih awet serta lebih kuat dibandingkan yang palsu. Pilihlah niat luhur yang genuine dan bukan sepuhan kemunafikan.
Batam
Di Tahun Baru Islam
07 Juli 2024