Kuota Terbatas, Masyarakat Kesulitan Miliki Rumah Bersubsidi

Pesona
Hamdi, Manajer Proyek PT. Pesona Purnama, menunjukan salah satu rumah yang dibangun

JURNALKALIMANTAN.COM, BARITO KUALA Meski masih dalam suasana Covid-19, ternyata minat masyarakat untuk memiliki tempat hunian besubsidi masih cukup tinggi. Namun karena kuota yang diberikan pemerintah kepada pengembang semakin terbatas, membuat banyak calon pembeli yang belum bisa diproses.

Hal tersebut diakui Hamdi, Manajer Proyek pengembang perumahan bersubsidi Grand Purnama II, PT. Pesona Purnama, di kawasan Handil Bakti. 120 unit siap huni di tempatnya pun terpaksa menganggur.

“Biasanya kami dalam sebulan bisa menjual 50 unit rumah, sekarang hanya dapat jatah sekitar 5 unit, karena kuota dari bank sangat minim,” tutur Hamdi kepada jurnalkalimantan.com, di kantornya, Kamis (31/12/2020).

Hamdi
Hamdi, Manajer Proyek PT. Pesona Purnama

Dirinya menegaskan, untuk daya beli masyarakat terhadap rumah subsidi ini sangat tinggi sekali, apalagi fasilitas yang ditawarkannya cukup memadai, mulai dari jalan utama lebarnya 10 meter, jalan pembaginya 8 meter, dan kondisi bangunan yang cukup baik.

“Namun karena keterbatasan kuota ini mau bagaimana lagi. Kita juga sudah menyuarakannya melalui organisasi Real Estate Indonesia. Mudah-mudahan di tahun depan pemerintah bisa menambah kuotanya lebih besar lagi,” harap Hamdi.

Ia menjelaskan, semua berkas calon nasabah yang sudah masuk di bank, tidaklah ditolak, melainkan dilakukan penjadwalan, karena dengan kuota yang sedikit tersebut, harus dibagi lagi dengan beberapa pengembang lainnya.

“Untuk itu, calon nasabah tidak perlu khawatir, karena kalau ditolak oleh bank, akan langsung kita sampaikan. Tapi kalau kabar pemberitahuan penolakan belum ada hingga 2—3 bulan, itu karena ada penjadwalan menyesuaikan kuotanya,” imbuh Hamdi.

Ia melanjutkan, untuk harga rumah subsidi di Grand Purnama II ini, seharga Rp164.000.000,00. Kalau kredit, dikenakan uang muka sebesar Rp1.000.000,00, ditambah biaya pendaftaran Rp500.000,00, dan membuka tabungan sebesar Rp3.500.000,00, dengan lama masa kredit 15—20 tahun, dengan angsuran sekitar Rp1.000.000,00—Rp1.200.000,00 per bulan.

“Masyarakat itu sebenarnya mampu, beda kalau rumah non subsidi atau komersial, mungkin uang mukanya sampai Rp35.000.000,00,” beber Hamdi.

“Kita berharap di tahun depan, kuota ini bisa ditambah dan mencukupi, karena masyarakat menengah ke bawah peminatnya cukup tinggi sekali, sehingga program pemerintah untuk menyediakan satu juta rumah bisa terealisasi,” sambungnya.

Editor : Ahmad MT