JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Berdasarkan data Survey Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan prevalensi stunting di Kalimantan Selatan (Kalsel) naik tipis dari 24,6% tahun 2022 menjadi 24,7% tahun 2023.
Dari data tersebut jelas upaya Pemerintah daerah menekan tumbuh kembang anak ini dinilai gagal, padahal sebelumnya Kalsel termasuk daerah yang mampu menurunkan secara drastis dari 30% di tahun 2021 menjadi 24,6% di tahun 2022.
“Kami merasa prihatin, padahal secara nasional kita harusnya bisa turunkan sampai menjadi 14% di 2024 ini, “ucap Sekretaris Komisi IV DPRD Provinsi Kalsel, Firman Yusi , kepada jurnalkalimantan.com, Jum’at (3/5/2024)
Ditambahkannya, melihat data diatas maka tidak ada pilihan selain bekerja ekstra keras untuk mencapai target itu, meski begitu angka tersebut bisa dijadikan motivasi dan semangat agar bisa bekerja lebih maksimal lagi meski kenaikannya hanya tipis karena perbandingannya year on year diatas jauh berbeda.
Kami menyarankan kepada Pemprov dan dinas kesehatan agar program penanganan stunting di banua di evaluasi secara menyeluruh dan sistematis
“Sekarang koordinasi Kabupaten dan Kota ditingkatkan, semua harus kerja ekstra keras memenuhi target 14% tersebut atau bisa turunkan sekitar 10,7%, ” jelas politisi partai keadilan sejahtera itu.
Menurutnya, seluruh stakeholder terkait bisa bersinergi karena semua pasti butuh effort atau dukungan luar biasa, diantaranya mengerahkan segala sumber daya yang dimiliki.
Ia juga mengingatkan penanganan stunting ini sangat penting dalam menentukan generasi penerus dimasa akan datang.
Sekarang upaya menurunkan prevalensi stunting faktor utamanya adalah penanganan penyebab terjadinya anak-anak yang lahir stunting, tidak hanya menyangkut kesehatan dan gizi semata tapi faktor lainnya seperti kebersihan lingkungan, ketersediaan air bersih layak minum, rumah layak huni dengan fasilitas MCK standar.
“Stunting ini mempengaruhi kualitas SDM dan kemampuan berkompetisi dimasa yang akan datang, selain itu anemia pada remaja perempuan juga menjadi penyebab lainnya yang harus mendapat perhatian,” tutupnya.
(YUNN)