Oleh : Helmi Rifai SH
“On independence day, here’s wishing your dreams of a new tomorrow come true. Now and always, happy independence day to you!“, begitu satu untaian bait yang menyentak kita. Karena tak terasa 79 tahun sudah menghirup udara kemerdekaan, sejak 17 Agustus 1945 silam kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan oleh Soekarno dan Hatta bersama pemuda dan pejuang lainnya pada masa itu.
Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah, yang lebih dikenal sebagai Buya HAMKA, adalah salah satu ulama besar Indonesia yang meninggalkan jejak panjang dalam bidang keagamaan, sastra, dan pemikiran, menyebutkan kemerdekaan itu mengajarkan kita tentang pentingnya pendidikan, keadilan sosial, dan cinta tanah air. Pemikiran warisan beliau tetap menjadi sumber inspirasi untuk generasi-generasi selanjutnya dalam membangun bangsa yang adil, beradab, dan berbudaya.
Demikian bagaimana pemikiran Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, yang mengatakan Hari Kemerdekaan yang dirayakan hingga saat ini, perlu direflesikan secara mendalam baik bagi seluruh elit, maupun warga bangsa di struktur pemerintahan, komponen bangsa, dan kekuatan-kekuatan bangsa.
Saya hanya mengutip pandangan dua tokoh bangsa, masa lalu dan masa kini yang tetap menginspirasi. Memaknai kemerdekaan bukan sebuah perlombaan maupun gegap gempita seremoni, namun adalah bagaimana membawa nilai-nilai perjuangan dan ketulusan agar bangsa dan negara ini berjalan mantap, berkarakter serta memanusiakan manusianya dalam bingkai keadilan dan kesejahteraan.
Menjaga dan merawat kemerdekaan memang bukan pekerjaan mudah. Karena setiap tahun dan dekade perjalanannya ada riak, ada kisah maupun drama, termasuk mereka yang berebut kekuasaan. Hakekatnya merawat adalah bagaimana menyatukan pandangan, sikap serta kebersamaan membawa negeri sebagai negara berdaulat, bermartabat serta kesejahteraan bagi rakyatnya. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sejatinya seperti yang disampaikan Prof Haedar Nashir dalam Media Indonesia, Perayaan kemerdekaan menurutnya adalah dengan mensyukuri nikmat termahaldari Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus juga mengenang perjuangan mujahid pejuang bangsa dan negara yang nirpamrih dengan jiwa dan raga mereka. Sebab, perjuangan mereka bagian dari lembar-lembar sejarah Indonesia yang tidak boleh dilupakan.
Haedar pun dalam momen ini mengingatkan semua anak bangsa bahwa kemerdekaan menjadi momentum kolektif, bangsa Indonesia perlu melakukan beberapa hal. Seperti melakukan refleksi atas segala perjuangan para mujahid pejuang sekaligus pendiri Indonesia yang elah berkorban banyak hal, termasuk nyawa mereka.
Bangsa Indonesia saat ini termasuk elite bangsa dan seluruh warga bangsa hendaknya mendalami dan meresapi setiap pengorbanan para pendahulu. Penyerapan semangat tersebut diharapkan menjadi pondasi dalam berjuang dengan tulus untuk membangun, mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai negara merdeka, adil dan makmur, seperti dalam UUD 45.
Semakin kesini saya pun memahami pandangan dua tokoh tadi mengekspresikan pandangan masa depan yang mengutamakan kesejahteraan, keadilan dan kebersamaan.Sebuah pandangan yang menurut hemat saya adalah sinyal baik bagaimana kita bisa merawat dan menjaga kemerdekaan dengan berbuat apa yang bisa dan bermanfaat.
“Melindungi bangsa dan seluruh tanah air Indonesia, memajukan kehidupan, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia, semuanya harus menjadi kewajiban konstitusional. Jangan sampai ada satu warga bangsa dan tanah air yang kita abaikan hak-haknya,” begitu ucap Haedar.
Bagaimana dengan Kalimantan Selatan ? harapan memang disandangkan kepada para pemimpin dan pemangku kepentingan di Banua. Memaknai kemerdekaan itu adalah mau mendengar dan merasakan suara rakyat, mengerti dan paham bahwa mereka butuh kehadiran pemerintah dan pemimpin. Leader yang bisa bisa mengayomi, menginspirasi dan memberikan spirit dalam membangun Banua seutuhnya, termasuk pendidikan, kesejahteraan dan perekonomian yang terjaga baik dan stabil.
Saya pun termasuk orang optimis dengan langkah yang dilakukan seorang Kepala Daerah, mulai Gubernur, Wali Kota hingga Bupati di Kalsel saat ini. Tentu mereka berjuang dan berjuang bagaimana daerah dibangun dengan program berkesinambungan dan baik. Bagaimana pula Banua dipersiapkan untuk menjadi pintu gerbang IKN.
Salah satu yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menjaga kemerdekaan di sektor pangan. Menjaga ketahanan adalah kewajiban bersama untuk saling dukung mendukung, mengingat Kalsel adalah salah satu lumbung pangan nasional. Karena itu itu saya lagi-lagi optimis bahwa Pemerintah Provinsi Kalsel maupun Kabupaten dan Kota lainnya bisa menjaga ketahanan pangan seperti ini. Terlebih direncanakan sebagian produk perhatian daerah kita adalah nantinya disuplai untuk menopang IKN. Maklum saja kita adalah provinsi paling dengan IKN, maka sejak dini sudah mempersiapkan hal itu.
Perhatian sektor pangan nasional juga bagian terpenting dari sebuah memaknai kemerdekaan sejati. Saya mengapresiasi juga langkah yang dilakukan orang Banua sekelas H Isam, tetap peduli mendukung program pemerintah dalam ketahanan pangan. Tak hanya Kalsel dingsanak kita yang satu ini lewat industri usahanya , Jhonlin Grup turut berperan dalam mencetak 1 juta hektare sawah untuk saudara-saudara kita di Papua, dalam mendukung proyek nasional melalui Kementerian Pertahanan dan Kementerian Pertanian. Sungguh upaya yang mesti kita apresiasi, untuk negeri ini dalam pembangunan lumbung pangan (food estate), karena melibatkan peran swasta.
Terlepas itu semua kita bersyukur usia ke-79 negeri ini, masih banyak insan-insan yang memberikan peran dan warna perjalanan Indonesia, peradaban sikap mulia dan cinta tanah air.
“Freedom, liberty, unity. Enjoy your day of freedom! Happy independence day!”
Penulis adalah Ketua Persatuan Kontraktor Listrik Nasional (Paklina) Kalimantan Selatan dan Penggiat Media Online Nasional.