JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Semangat dan kekompakan kerja tim Madrasah Ibtidaiah Kenanga (Mika) Banjarmasin, berhasil mengantarkan sekolah yang berada di bawah naungan Kementerian Agama ini meraih penghargaan Adiwiyata tingkat Kota Banjarmasin.
Kepala Mika Banjarmasin Nurul Masruni, S.Pd.I. mengatakan, pihaknya merupakan satu dari 9 madrasah yang mendapatkan penghargaan ini, dan ada 16 sekolah lainnya di bawah asuhan Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin yang ikut mendapat Adiwiyata.
“Kita disuruh melengkapi dan mengisi aplikasi, sehingga dari itu kita dinilai kelengkapan yang berhubungan dengan kriteria Adiwiyata tersebut,” jelasnya kepada jurnalkalimantan.com, saat ditemui di sekolahnya di kawasan Jahri Saleh, Rabu (29/09/2021).
Nurul Masruni, S.Pd.I. menegaskan, penghargaan yang diterima ini merupakan yang pertama kalinya diraih Mika Banjarmasin.
“Semoga dengan raihan ini, tidak hanya sekadar mendapat penghargaan, namun sampai ke hati kita, bahwa kita sebagai Sekolah Adiwiyata tercermin dari perilaku kita dalam keseharian, dan semoga bisa lanjut lagi ke tingkat provinsi,” harapnya.
Selain itu, Bank Sampah Mika Banjarmasin juga pernah mendapatkan penghargaan sebagai juara satu pengumpul sampah daur ulang terbanyak hingga 400 kilogram, yang dilombakan PT Penggadaian dan Bank Sampah Induk Banjarmasin pada Juli lalu.
“Jadi, bank sampah di sekolah ini, merupakan fasilitas kelengkapan proses penilaian di Adiwiyata,” jelasnya.
Bank sampah di sekolah ini urai Nurul Masruni, S.Pd.I., difasilitasi oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin, baik edukasi maupun peralatannya.
“Nah dari situ kita berpikir untuk pemanfaatannya di sekolah, bukan hanya sekadar untuk perangkat penilaian Adiwiyata saja, namun kita gunakan semaksimal mungkin untuk sekolah dan membantu anak didik yang tidak mampu membeli buku. Lewat bank sampah dia bisa menabung dengan membawa sampah tiap hari Sabtu dari pukul 10.30—12.00 WITA,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Bank Sampah Mika Banjarmasin M. Maulana Khair, S.Pd. menambahkan, antusiasme peserta didik yang membawa sampah daur ulang ke sekolah cukup tinggi, seperti botol minuman, kaleng bekas, maupun kardus, dan kertas.
“Alhamdulillah anak-anak ini bisa memilah sendiri setelah mendapatkan edukasi dari sekolah,” katanya.