Jurnalkalimantan.com, Banjarbaru – Jargon-jargon terkait mengawali hari sangat familiar dalam kehidupan kita, berbagai macam ragam ucapan dan motivasi disemaikan oleh orang-orang di sekeliling kita. Bahkan ketika membuka gadget (HP) di pagi hari, sangat banyak kita temukan di media sosial ucapan serta motivasi terkait mengawali hari. “Awali harimu dengan semangat” atau juga “awali harimu dengan senyuman” dan motivasi-motivasi lainnya yang semakna dengan memulai hari dengan mindset positif dan perbuatan-perbuatan yang baik.
Hanya saja mengawali hari atau garis start dalam kehidupan sehari dimaknai berbeda-beda oleh setiap individu. Ada yang memaknainya dengan waktu pagi ketika pintu jendela mulai dibuka untuk menerima cahaya matahari masuk ke rumah adalah garis start untuk mengawali hari. Ada juga yang memaknainya dengan langkah pertama keluar rumah di pagi hari untuk bekerja merupakan garis start memulai hari.
Terlepas dari perdebatan itu, sebenarnya memulai hari yang lebih tepat adalah ketika awal membuka mata setelah tidur malam, itulah awal hari baru untuk kita. Pada saat itu, terdapat adab-adab yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada kita.
- Membaca Doa
Tentunya, yang paling pertama adalah membaca doa ketika baru terbangun dari tidur. Diantara bacaan yang biasa dibaca Rasulullah ketika bangun tidur adalah:
الحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَحْيَاناَ بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَ إِلَيْهِ النُّشُوْرُ
“Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami kembali setelah Dia mematikan kami, dan hanya kepada-Nya kami akan dibangkitkan.”
Ada beberapa sahabat yang menceritakan kebiasaan ini. Diantaranya Hudzaifah bin al-Yaman dan al-Barra bin Azib. Kedua sahabat ini menceritakan doa yang biasa dibaca Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak tidur dan bangun tidur,
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا اسْتَيْقَظَ قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bangun tidur beliau membaca: Alhamdulillah alladzi ahyaanaa…dst. (HR. Bukhari 6312, Muslim 2711, dan yang lainnya).
2. Mengusap muka dengan tangan
Dianjurkan bagi kita ketika baru terbangun dari tidur untuk mengusapkan tangan ke bagian muka atau wajah untuk menghilangkan bekas kantuk yang masih tersisa. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu menceritakan, bahwa beliau pernah menginap di rumah bibinya, Maimunah Radhiyallahu ‘anha, salah satu istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kata Ibnu Abbas,
حَتَّى إِذَا انْتَصَفَ اللَّيْلُ اسْتَيْقَظَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَلَسَ يَمْسَحُ النَّوْمَ عَنْ وَجْهِهِ بِيَدِهِ
Kemudian ketika sudah masuk pertengahan malam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun, kemudian beliau duduk, lalu mengusap bekas kantuk yang ada di wajahnya dengan tangannya. (HR. Ahmad 2201, Bukhari 183, Nasai 1631, dan yang lainnya).
3. Mencuci tangan dan menghisap air ke hidung lalu dikeluarkan lagi sebanyak 3 kali.
Tahukah anda, bahwa setan biasa numpang tidur di tubuh kita ketika kita tidur. Dimanakah biasanya setan tidur? Setan biasanya tidur di rongga hidung kita, hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah ketika menjelaskan salah satu alasan dianjurkannya kita untuk menghisap air sebanyak tiga kali ke dalam rongga hidung ketika baru bangun tidur, yakni untuk mengusir setan-setan yang bersemayam di dalam rongga hidung kita selama kita tidur.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلْيَسْتَنْثِرْ ثَلَاثًا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَبِيتُ عَلَى خَيْشُومِهِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu bangun dari tidur maka hendaklah ia menghisap air ke dalam hidungnya tiga kali dan menghembuskannya keluar karena setan tidur di dalam rongga hidung itu.” Muttafaq Alaihi.
Akan tetapi yang perlu menjadi catatan bagi kita, sebelum menghisap air ke rongga hidung, tangan yang kita gunakan harus kita bersihkan lebih dahulu, karena dalam kondisi tidur kita tidak tahu apa saja yang kita pegang. Jangan langsung memegang air dalam penampungan air atau dalam istilah banjar disebut “mangucau”. Hal ini senada dengan anjuran Rasulullah dalam hadist yang diriwayatkan oleh Muttafaq Alaihi:
وَعَنْهُ إذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلَا يَغْمِسْ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثًا فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَهَذَا لَفْظُ مُسْلِمٍ
Dari dia pula: “Apabila seseorang di antara kamu bangun dari tidurnya maka janganlah ia langsung memasukkan tangannya ke dalam tempat air sebelum mencucinya tiga kali terlebih dahulu sebab ia tidak mengetahui apa yang telah dikerjakan oleh tangannya pada waktu malam.” Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Muslim.
4. Bersiwak atau menggosok gigi
Tahukah anda, bahwa ketika kita shalat sunnah menjelang subuh ataupun ketika shalat fardu subuh, para malaikat mendekati kita dan apa yang kita baca dalam shalat menjadi seperti magnet yang menarik para malaikat untuk semakin mendekat, bahkan para malaikat bergerumun di depan rongga mulut kita karena tertarik dengan bacaan-bacaan kita. Alangkah tidak eloknya keindahan-keindahan yang dinikmati oleh para malaikat terganggu oleh aroma kurang sedap yang keluar dari mulut kita karena belum dibersihkan. Sahabat Hudzaifah Radhiallahu ‘anhu menceritakan,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ، يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ
Nabi Shollallahu’alaihi wassalam apabila bangun malam, beliau membersihkan mulutnya dengan bersiwak. (HR. Bukhari 245 dan Muslim 255)
Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu menceritakan, “Kami diperintahkan (oleh Rasulullah) untuk bersiwak, kemudian beliau bersabda,
إن العبد إذا قام يصلي أتاه الملك فقام خلفه يستمع القرآن ويدنو فلا يزال يستمع ويدنو حتى يضع فاه على فيه فلا يقرأ آية إلا كانت في جوف الملك
“Sesungguhnya seorang hamba ketika hendak mendirikan shalat datanglah malaikat padanya. Kemudian malaikat itu berdiri di belakangnya, mendengarkan bacaan Al-Qu’rannya, dan semakin mendekat padanya. Tidaklah dia berhenti dan mendekat sampai dia meletakkan mulutnya pada mulut hamba tadi. Tidaklah hamba tersebut membaca suatu ayat kecuali ayat tersebut masuk ke perut malaikat itu.” (HR. Baihaqi dalam Sunan al-Kubro 1/38 dan dishahihkan al-Albani dalam as-Shahihah).
5. Wudhu dan mensegerakan shalat sunnah
Tahukah anda, bahwa ketika kita tidur para setan mengikat kita dengan tiga ikatan. Ikatan-ikatan tersebutlah yang membuat kita susah untuk bangun dan cenderung bermalas-malasan. Rasulullah SAW memberikan kita tips untuk terlepas dari ikatan-ikatan tersebut.
Ikatan pertama akan terlepas dengan doa dan zikir yang kita baca sesudah bangun tidur. Akan tetapi masih tersisa dua ikatan yang belum terlepas. Maka ikatan kedua harus kita lepaskan dengan perantara wudhu. Namun perasaan malas itu masih ada dalam diri kita karena tidak semua ikatan setan terlepas, maka segerakanlah shalat sunnah, baik shalat tahajjud atau shalat fajar ataupun shalat sunnah muthlaq 2 rakaat. Apabila kita melaksanakan ketiga tahapan ini, maka ikatan-ikatan yang telah dibuat oleh para setan seluruhnya terlepas dari tubuh kita. Hal ini sesuai dengan Hadist dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
يَعقِدُ الشَّيطانُ عَلى قافيَةِ رأسِ أَحدِكُم إذا هوَ نام ثَلاثَ عُقدٍ، يَضرِبُ كلَّ عُقدةٍ مَكانَها: عليكَ ليلٌ طويلٌ فارقُدْ، فإنِ استَيقظَ فذَكَر اللهَ انحلَّت عُقدةٌ، فإن تَوضَّأ انحلَّت عُقدةٌ، فإن صلَّى انحلَّت عُقدُه كلُّها، فأَصبحَ نَشيطًا طيِّبَ النَّفسِ، وإلَّا أَصبحَ خَبيثَ النَّفسِ كَسلانَ
“Setan mengikat tengkuk kepala seseorang di antara kalian ketika sedang tidur dengan tiga ikatan. Pada setiap ikatannya ia mengatakan: “malammu masih panjang, teruslah tidur”. Maka jika orang tersebut bangun, kemudian ia berdzikir kepada Allah, terbukalah satu ikatan. Kemudian jika ia berwudhu terbukalah satu ikatan lagi. Kemudian jika ia shalat maka terbukalah seluruh ikatan. Sehingga ia pun bangun dalam keadaan bersemangat dan baik jiwanya. Namun jika tidak melakukan demikian, maka ia biasanya akan bangun dalam keadaan buruk jiwanya dan malas” (HR. Bukhari no. 1142, Muslim no. 776).
Demikian tahapan-tahapan ideal memaksimalkan garis start dalam memulai hari baru yang sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW. Tentu harapan kita semua, awalan/permulaan yang baik akan memberikan efek yang baik dan setiap persoalan yang akan kita hadapi nantinya akan diberikan Allah kemudahan dan hari-hari kita berlimpah keberkahan.
Wal Afwu Minkum, Wallahu a’lam bi ash-showab
Editor : NF. Hamdi
Jurnal ini kerjasama https://jurnalkalimantan.com dengan Majelis Ta’lim Ahlussunnah Wal Jama’ah ( PWLDNU Kalsel )