Kembangkan Haruan Estate, Dislautkan Kalsel Gelar FGD

JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Guna mendukung visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Selatan Muhidin dan Hasnuryadi Sulaiman, khususnya dalam pengembangan klaster budi daya ikan gabus, Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan) melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) selama tiga hari, berlangsung di salah satu hotel di Banjarmasin, Senin (28/4/2025).

Kepala Dinas Rusdi Hartono dalam sambutannya yang dibacakan Sekretaris Dislautkan Nadiyah, menyampaikan harapan agar rencana pembangunan khususnya sektor kelautan dan perikanan dapat disusun secara selaras atau linier, antara rencana pembangunan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

2 days ago
2 days ago
2 days ago
3 days ago
5 days ago
6 days ago

Dalam visi misi Gubernur dan Wagub yang terdiri dari 33 program prioritas, khusus untuk sektor perikanan tercantum pada prioritas nomor 21 dan 27, dengan target mendorong produktivitas perikanan tangkap, mendorong produktifitas budi daya hasil kelautan, dan mendorong produktivitas budi daya ikan air tawar.

Kemudian mendorong rehabilitasi bakau dan terumbu karang, mendorong penjualan karbon di wilayah pesisir, dan dalam rangka pengembangan daerah sebagai gerbang logistik Kalimantan sektor perikanan. Untuk itu, secara khusus Pemprov Kalsel akan mengembangkan Haruan Estate dan Shrimp Estate.

“Secara historis, haruan merupakan jenis ikan yang sangat lekat dengan keseharian masyarakat Banjar, bahkan beberapa masakan kurang pas kalau tidak ada ikan haruan,” ungkap Rusdi.

Oleh karenanya menurut Kadis, haruan tidak mudah digantikan dengan ikan jenis lainnya.

“Hal ini kadang mengakibatkan ikan haruan tetap dibeli oleh masyarakat meskipun saat harganya tinggi. Situasi ini dalam beberapa bulan tertentu terutama pada saat hasil tangkapan di alam berkurang, menyebabkan naiknya harga, dan salah satu pendorong inflasi dari kelompok makanan dan minuman,” beber Rusdi.

Adapun haruan ini merupakan jenis yang belum terlalu banyak dan masif dibudidayakan, karena ada beberapa kelemahan dibanding ikan lainnya. Di antaranya pertumbuhannya yang lambat, konversi pakan yang tinggi, dan harga jual yang berfluktuasi pada rentang tinggi, karena sangat dipengaruhi pasokan dari alam.

“Di samping untuk keperluan konsumsi, ikan haruan sekarang ini juga sangat diperlukan untuk bahan baku ekstrak albumin sebagai salah satu produk turunannya, yang digunakan sebagai obat dan suplemen,” imbuh Rusdi.

“Jika hilirisasi produk ini sudah berkembang di Kalsel, tantangan kita adalah menyediakan bahan baku yang cukup, baik kualitas dan kuantitasnya sepanjang tahun,” sambung Kadis.

Ia berharap melalui FGD ini, dapat berbagi pengalaman dan berdiskusi berdasarkan pengalaman dan literasi yang sudah ada.

“Besar harapan saya acara ini dapat memberikan masukan, dalam rangka penyempurnaan perencanaan untuk mengakselerasi pengembangan ikan haruan di Kalsel, dalam rangka menjaga pasokan dan mewujudkan visi misi Gubernur dan Wagub Kalsel,” ungkap Rusdi.

Pada FGD ini menghadirkan narasumber dari Balai Perikanan Budi Daya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat, serta dari Dislautkan Kalsel.

(DKP/Ian)