Tegas! Bang Dhin Ikut Tolak Kenaikan LPG 3 Kg & Pertalite

Tolak kenaikan elpiji
Muhammad Syaripudin, Sekretaris PDIP Kalsel

JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Pemerintah tengah melakukan kajian untuk meningkatkan harga LPG 3 kilogram dan juga BBM jenis RON 90 (Pertalite), sebagai upaya mengurangi beban hutang Pertamina.

Apalagi beban tersebut diprediksi meningkat hingga 8 juta ton konsumsi LPG dalam APBN 2022, dari sebelumnya 7,5 ton di 2021, dan 6,3 juta ton di 2017.

Sedangkan konsumsi Pertalite tercatat meningkat dari 380 ribu kiloliter pada 2015, menjadi 23 juta kl pada 2021. Konsumsi 2021 meningkat 27,1% dari 18,1 juta kl pada 2020. Kementerian ESDM mencatat, Pertalite adalah jenis BBM yang paling banyak dikonsumsi, dengan porsinya mencapai 79%.

Merespon wacana pemerintah itu,  politikus muda Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang juga Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalsel Muhammad Syaripuddin, tegas ikut menyatakan penolakan.

“Kedua produk ini paling banyak dikonsumsi masyarakat, dan itu masyarakat bawah. Apalagi daya beli dan keuangan dari mereka sendiri bisa dibilang belum stabil akibat pandemi Covid-19. Untuk itu, saya dengan tegas menolak kenaikan yang direncanakan pemerintah tersebut,” ucap Bang Dhin, sapaan akrabnya.

Ia pun memberikan usulannya, agar beban negara tersebut dapat diantisipasi.

“Pemerintah bisa memakai skema subsidi silang dari hasil keuntungan komoditas ekspor. Sektor mineral dan batu bara harganya tengah melejit loh. Satu lagi, pemerintah harus memberikan subsidi tepat sasaran. Contoh LPG tabung 3 kg, pemerintah harus melaksanakan transformasi subsidi dari berbasis komoditas menjadi subsidi berbasis target penerima, agar lebih tepat sasaran,” papar Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah PDIP Kalsel ini.

Sebagai informasi, subsidi untuk Pertalite sebesar Rp4.000,00—Rp4.500,00 per liter, dari harga yang diterima konsumen saat ini Rp7.650,00 per liter. Sedangkan LPG 3 kg mendapatkan subsidi sebesar Rp11.250,00 per kg atau Rp33.750,00 per tabung, dari harga yang diterima konsumen saat ini hanya Rp20 ribuan per tabung. 

“Apabila pemerintah tetap menaikkan, akan berdampak pada inflasi yang ikut naik dan akan mengganggu daya beli masyarakat kelas menegah ke bawah,” pungkas pria yang dekat dengan kalangan milenial Banua ini.

(Yunn)

Editor: Achmad MT