JURNALKALIMANTAN.COM, HULU SUNGAI TENGAH – Agenda perdana Festival Teater Modern Tingkat SMP se-Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) menuai polemik.
Pasalnya, dua juri lokal yakni Rama Darussalam dan Rezqie Atmanegara menganulir hasil keputusan juara yang sebelumnya dinobatkan kepada Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 6 HST, tanpa sepengetahuan Edi Sutardi sebagai juri yang dinilai paling kompeten.
Mengetahui kabar adanya keputusan sepihak tersebut dan tidak melibatkan dirinya, Edi menyatakan dengan tegas tidak menyetujui hasil keputusan itu dan tidak akan menandatanganinya.
“Saya tetap kepada keputusan awal. SMPN 6 HST merupakan pemenang, keputusan ini sudah ditandatangani dewan juri dan sah,” jelasnya, Senin (6/11).
Sedikit kilas balik saat media ini menghadiri pertemuan mendadak dua juri dengan perwakilan peserta sekolah pada Ahad (5/11) di Aula Kantor Dinas Pendidikan. Pihak yang berkeberatan alih-alih mengkritisi penampilan, kesesuaian naskah, dan pendalaman peran, serta esensi pesan yang disampaikan dalam “Kisah Radin Pangantin” oleh SMPN 6 HST, kritik dan protes yang dimunculkan justru pada hal-hal yang tidak substansial, seperti beberapa ungkapan ini:
– “Mengapa ada adegan kencing berdiri kemudian setelahnya tidak cuci tangan?”
– “Etis kah berpakaian seperti itu?”
– “Mengapa musik tidak dibawakan pelajar”
Untuk memberikan edukasi kepada pihak yang protes dan belum memahami teater, Edi menyampaikan poin mendasar penilaian dan keunggulan mengapa SMPN 6 HST yang paling layak menjadi Juara.
Pertama, dari secara bentuk teater, penampilan Grup SMPN 6 HST tidak ada lagi yang sifatnya narasi dibacakan. Tetapi, narasi dilakukan oleh aktor.
“Itu yang disebut dengan kinetik, digambarkan dengan kinetis atau bahasa pergerakan, di dalam pergerakan tentu ada ekspresi,” jelas Edi
Kedua, pemain (aktor SMPN 6 HST) berlaku sewajarnya dan sesuai dengan teks. Baik itu pergerakan, emosi, dan ekpresi secara totalitas tubuh. Kemudian ada struktur dramatikal, unsur ini adalah tingkatan-tingkatan masalah yang dialami oleh tokoh dari awal sampai akhir. Selanjutnya ada struktur emosi, yaitu tingkatan-tingkatan situasi keadaan jiwa tokoh dalam satu momentum (adegan).
“Tentu juga dilihat dari faktor penunjang lain seperti blocking, movement, musik, tata cahaya, timing, vocal, dan sebagainya. Banyak sekali, itu tentu yang jadi keunggulan SMPN 6 HST,” tambahnya.
Edi menyebutkan, yang bisa menerjemahkan kata teater itu ada dua, yaitu SMPN 1 dan SMPN 6.
“Walaupun SMPN 1 masih ada narasi yang dibawakan oleh narator di menjelang bagian akhir pertunjukan,” jelasnya.
Perihal pemain musik dari SMPN 6 HST yang bukan dimainkan oleh pelajar dan mendapat banyak protes. Edi memilih tidak mempermasalahkan hal itu, karena mayoritas sekolah lainnya justru banyak yang menggunakan lagu tema film, menggunakan musik-musik jadi, dan mengunduh dari media lain.
“Secara etik, berbicara persoalan pendidikan, apakah mereka (sekolah lainnya) izin pada pemilik karya,” tanya Edi.
Ia menjelaskan, waktu pelaksanaan lalu, ia tidak ingin membahas persoalan musik, karena memaklumi Festival Teater Modern di HST merupakan yang pertama kali dilaksanakan.
“Karena itulah pada saat penyampaian evaluasi, saya tidak membahas pada poin-poin itu, tetapi memilih membahas kepada hal-hal yang bersifat general (umum),” ungkapnya
Ia pun mengajak pihak lainnya untuk mengapresiasi iktikad baik dari Dinas Pendidikan HST dengan penyelenggaraan Festival Teater Modern, khususnya untuk remaja tingkat SMP.
“Saya apresiasi untuk semua siswa yang memiliki antusiasme yang besar dan punya potensi,” jelasnya
Edi menyebutkan, bahwa bukan gurunya yang kurang berhasil dan tidak memiliki kemampuan. Tapi memang tidak semua guru yang memiliki latar belakang seni.
“Solusinya, ke depan penting sekali ada pelatihan atau workshop terlebih dahulu,” sarannya
Ia memberi contoh, secara penulisan naskah teater pun banyak yang belum selesai, karena masih cenderung pada wilayah sastra prosa.
“Karena narasi masih mendominasi dibandingkan bahasa percakapan,” pungkasnya.
Di luar polemik yang terjadi, Edi mengajak semua pihak untuk ke depannya memberikan hal yang terbaik.
(Rz)