JURNALKALIMANTAN.COM, RAMADHAN – Kondisi haus dan lapar yang dialami saat berpuasa, seringkali dijadikan alasan untuk bermalas-malasan atau bekerja tidak bisa maksimal.
Alasan ini semakin menguat dengan adanya ungkapan “tidurnya orang berpuasa adalah ibadah” yang bersumber dari hadist dhoif (lemah) atau bahkan dinyatakan palsu oleh beberapa peneliti hadist disebabkan oleh beberapa perawi hadist yang dinilai bermasalah.
Melemahnya semangat dan etos kerja ini disebabkan oleh melemahnya dominasi nafsu dalam diri orang yang berpuasa. Transisi nafsu seperti ini sudah dibaca dengan jelas oleh Rasulullah SAW, sehingga Beliau banyak menyampaikan hadist-hadist yang menstimulasi kita untuk mengubah orientasi hidup kepada target-target yang bersifat ukhrawi.
Baca Juga : Tiga Cara Menjinakkan Nafsu di Bulan Ramadhan
Diantara hal hal yang manis yang menjadi stimulus bagi orang-orang yang berpuasa adalah ganjaran puasa yang tak terhingga atau tanpa batas, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadits Beliau:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي
Artinya, “Dari Abi Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan. Satu kebajikan dilipatgandakan menjadi 10 sampai 700 kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman ‘Kecuali puasa karena puasa adalah untuk-Ku dan Aku-lah yang membalasnya. Dia meninggalkan kesenangan dan makananya karena-Ku,” (HR Muslim).
Stimulus penyemangat lainnya yang disampaikan oleh Rasulullah SAW adalah manisnya puasa akan kita rasakan pada dua momentum, yakni saat berbuka puasa dan kelak saat bertemu Allah SWT, sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW dalam hadist:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
Artinya, “Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiaran ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya,” (HR Muslim).
Baca Juga : Pentingnya Takwa & Ukhuwah di Bulan Suci Ramadhan
Dalam Marqatul Mafatih dijelaskan, dua kegembiraan itu meliputi di dunia dan di akhirat. Pertama, kegembiraan saat berbuka karena telah terbebas dari tanggungan perintah Allah atau sebab mendapatkan pertolongan dapat menyempurnakan puasa atau sebab dapat makan dan minum sesudah menahan lapar dan dahaga atau sebab meraih pahala yang diharapkan. Kedua, kegembiraan saat bertemu Tuhan sebab mendapatkan balasan amal puasa, mendapatkan pujian, atau keberuntungan dapat berjumpa dengan Allah. (Al-Mulla Al-Qari, Marqatul Mafatih Syarh Misykatil Mashabih, juz IV, halaman 1363).
Oleh karena itu, untuk membangkitkan semangat dalam bekerja dan beribadah saat berpuasa adalah dengan cara senantiasa mengingat gambaran-gambaran manisnya ganjaran yang dijanjikan Allah kepada orang yang berpuasa.
Editor : NF. Hamdie / HRM