Muliakan Adat, BirinMu Kenakan Laung Banjar

H. Sahbirin Noor - H. Muhidin, Pasangan Calon Gubernur & Wakil Gubernur Kalsel | Istimewa

JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Laung atau ikat kepala khas orang Banua, menjadi ciri khas pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel), H. Sahbirin Noor-H. Muhidin (BirinMu) dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020.

Laung dalam tradisi asli orang Banua, adalah ciri khas dan jati diri yang menunjukkan identitas. Ada dua jenis yang biasa dipakai. Laung tukup dan laung tinggi.

Ciri laung tukup, menutup seluruh permukaan kepala. Agak mirip dengan blangkon Jawa, tapi tak punya bonggol di bagian belakang. Sedangkan laung tinggi, hanya ikat kepala tanpa menutup bagian atas. Dari depan berbentuk segi tiga. Inilah yang dikenakan pasangan nomor urut 1 tersebut.

Tradisi itu kini digunakan BirinMu, untuk menunjukkan identitas mereka di pentas politik pilkada. Ciri yang membedakan dengan kontestan lain. Sehingga mudah dikenal dan akrab dalam tradisi kedaerahan.

“Karena slogan kita Banua Maju, Kalsel Maju, maka kita menyelaraskannya dengan busana khas orang Banua. Tak ketinggalan _laung_nya,” kata calon petahana yang akrab disapa Paman Birin, saat menjelaskan foto resmi mereka di surat suara Pilkada 2020, di baliho-baliho, juga spanduk.

Gaya berbusana itu, lanjut dia, bukan kali ini saja digunakan. Pada Pilkada 2015, saat berpasangan dengan Rudy Resnawan (sekarang Pejabat Sementara Gubernur Kalsel), juga pernah dikenakan sebagai ciri khas. Bedanya, jika sebelumnya berwarna hijau, sekarang kuning.

“Selain memang sudah familier dengan warga, ciri itu penting untuk menunjukkan jati diri dan identitas. Agar mudah dikenal. Melihat laung, pasti ingat Paman Birin-H. Muhidin. Paham ja kalo (mengerti kan-Red),” ucapnya.

Busana tradisional itu dipakai BirinMU, juga untuk menghormati adat istiadat dan memuliakan hajatan besar di Banua. Biasanya, busana tersebut dipakai oleh pasangan pengantin dalam resepsi perkawinan. Di masa lalu, pakaian tradisional dikenakan para sultan dan pejabat istana dalam acara-acara formal.

“Pilkada adalah pesta demokrasi. Hajatan besar lima tahunan. Untuk menghormati dan memuliakannya, kami sepakat berbusana orang Banua,” tuturnya.

Editor : Ahmad MT