JURNALKALIMANTAN.COM, JAKARTA – Pilkada Serentak 2024 yang akan digelar dalam dua bulan lagi, mendapat banyak sorotan yang lebih banyak dibandingkan Pileg dan Pilpres lalu.
Apalagi dinamika politik terlihat sangat jelas di beberapa daerah, dengan munculnya nama hingga gaya-gaya baru dalam proses pencalonan kepala daerah.
Namun berdasarkan Survei Nasional Kawula17 di kuartal kedua tahun 2024, tingkat aktivisme masyarakat dalam politik justru masih terbilang rendah.
Hal itu tentu berbanding terbalik dari antusiasme masyarakat yang 90 persennya tercatat mengetahui hingga sudah punya rencana untuk berpartisipasi dengan memilih calon yang mereka percaya.
Dari survei tersebut, mayoritas masyarakat rupanya hanya berperan sebagai penonton pasif dan hanya sedikit yang terlibat aktif dalam politik.
“Tidak ada pola atau perbedaan signifikan antara usia tertentu. Rendahnya tingkat aktivisme ini terjadi secara merata di seluruh lapisan usia, mulai dari yang muda hingga usia tua,” ujar Oktafia Kusuma, Researcher dari Kawula17.
Menurut survei lembaga tersebut, 62 persen masyarakat berada di tingkat aktivisme politik yang rendah, baik di tingkat perkotaan maupun perdesaan.
Kelompok terbesar adalah penonton atau spectator dengan persentase 40 persen yang mengikuti perkembangan politik melalui media tanpa terlibat langsung.
Sementara yang berada di kelompok aktivitas dan gladiator atau aktif dalam partai politik, Pemilu maupun organisasi politik, tercatat masing-masing di angka 13 dan 2 persen.
Survei tersebut juga menunjukkan jika sebagian besar masyarakat jarang atau bahkan tidak pernah ikut dalam acara pertemuan warga yang membahas isu-isu lokal.
“Temuan ini juga mengingatkan kembali pada kita bahwa masih banyak orang di sekeliling kita yang tidak peduli atau hanya menjadi penonton proses politik. Padahal, jika kita refleksikan dengan seksama, setiap sendi kehidupan sehari-hari merupakan buah dari proses politik bagi legislator. Tantangannya adalah mendorong partisipasi konstituen untuk lebih aktif mendengar serta menyampaikan suara masyarakat dalam pembuatan kebijakan” ujar Oktafia lagi.
Aktivisme merupakan tindakan untuk membawa perubahan politik atau sosial. Baik ikut serta dalam kegiatan politik, maupun turut bersuara terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
(Viz)