Masuki Musim Tahun Ajaran Baru,Penjualan Seragam dan Peralatan Sekolah Masih Sepi

Penjualan alat tulis dan seragam sekolah di kawasan belitung darat, Banjarmasin.

JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN Dampak ekonomi di tengah wabah virus corona (Covid-19), benar-benar membuat daya beli masyarakat turun tajam. Contohnya musim tahun ajaran baru seperti saat ini yang biasanya permintaan alat tulis sekolah dan seragam meningkat, ternyata tidak terjadi lagi di tahun 2020.

Hal ini bisa dilihat di sejumlah toko perlengkapan sekolah dan seragam di Banjarmasin, yang nampak sepi dari pembeli.

“Sebelum adanya pandemi Covid-19, rata-rata permintaan pakaian seragam di toko kami meningkat, apalagi jelang masuknya tahun ajaran baru, sedangkan tahun ini relatif sepi,” ucap Anton, pemilik Toko Usaha Baru di kawasan Ujung murung, Jumat (10/07/2020).

Anton melanjutkan, bahwa di hari biasa, ia bisa menjual 10 hingga 20 setel seragam sekolah, namun kini hanya laku 3—4 setel saja sehari.

“Sepinya penjualan karena warga masih menunggu kepastian dimulainya masuk sekolah lagi. Bahkan dalam satu hari bisa saja tidak ada yang laku,” katanya.

Ia mengakui, wabah berkepanjangan ini telah menjatuhkan keuntungan usahanya hingga 80%. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yang bahkan bisa kehabisan stok saking larisnya.

“Kebanyakan bahan seragam sekolah di Banjarmasin ini diolah penjahit lokal, namun bahannya didatangkan dari Surabaya dan Jakarta,” bebernya.

Ia memaklumi, bahwa pandemi ini mengakibatkan ekonomi masyarakat semakin melemah, dan berpengaruh terhadap daya beli yang terus menurun.

“Padahal, harga barang sudah kami turunkan lebih murah, namun tetap saja sepi pembeli,” keluhnya.

Kondisi ini turut dirasakan Rani, penjual peralatan sekolah di kawasan Belitung. Ia mengakui pembelian alat tulis dan perlengkapan sekolah jelang masuknya tahun ajaran baru ini, tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.

“Dulu saat musim tahun ajaran baru seperti sekarang ini, merupakan panen rezeki bagi kami, yang biasanya buka secara kaki lima dari sore hingga malam hari. Namun sayang di tengah pandemi Covid-19, pembeli yang datang bisa dihitung dengan jari,” ungkapnya.

Rani menambahkan, bahwa ketika tahun-tahun sebelumnya musim penerimaan siswa baru tiba, permintaan perlengkapan sekolah melonjak tajam, bahkan ia juga menambah jumlah karyawan untuk melayani lonjakan pembeli.

Sekarang, ia tidak bisa lagi melakukannya, dan hanya mampu mempertahankan dua karyawan, itupun ia harus memutar otak, agar gaji pegawainya tetap bisa dibayar.

“Kalau saya kalkulasi, omzet penjualan turun 70% sampai 80% di tengah pandemi saat ini,” pungkasnya lirih. 

Editor : Ahmad MT