JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Komunitas Teduh Pikir telah resmi meluncurkan sebuah karya dalam bentuk buku berjudul Teduh Pikir, belum lama tadi. Hal ini banyak mendapat apresiasi berbagai pihak, salah satunya dari dr. Diauddin, M.Kes.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan ini menilai, peluncuran buku tersebut membuktikan, bahwa anak muda bisa berkarya apabila diberikan motivasi dan ruang yang tepat.
“Selamat dan juga ucapan terima kasih kepada Dinda Ali Syahbana yang sudah membentuk komunitas anak muda yang kreatif, inovatif, haus akan ilmu pengetahuan, serta selalu positif. Kita (Indonesia) butuh banyak komunitas-komunitas seperti ini,” beber salah satu tokoh Banua tersebut, Selasa (6/5/2025).
Ia juga mengajak untuk membuktikan, bahwa anak-anak Kalimantan Selatan bisa berkontribusi besar bagi kemajuan pembangunan.
“Dengan mindset positif, insyaAllah akan menghasilkan hasil yang positif. Sebaliknya, mindset negatif tidak akan menghasilkan apa-apa. Janji Allah pasti benar, ‘Aku sesuai dengan apa yang disangkakan hamba-Ku kepada-Ku (Ana ‘inda dzonni ‘abdi bi)’. Terus berkarya, terus positif, jadilah pribadi yang tenang tak tergoyahkan,” pungkas Diauddin.
Sementara itu, Pendiri Komunitas Teduh Pikir Ali Syahbana yang juga wakil rakyat Kabupaten Banjar menjelaskan, buku ini disusun sekitar 30 hari oleh para anggota komunitas yang berbagi peran dalam penyusunan, penulisan, hingga penyuntingan.
“Dicetak terbatas, hanya 100 eksemplar, buku ini pun disambut hangat. Sebanyak 50 lebih di antaranya telah terdistribusi,” ungkapnya.
Ali menegaskan, penjualan buku ini tidak hanya untuk memperkaya pikiran pembacanya, tetapi juga untuk memberi manfaat nyata, karena seluruh hasil penjualan akan disumbangkan ke Yayasan Ponpes Syafaat Bukhari Muslim, mendukung fasilitas pendidikan bagi anak-anak yatim piatu dan kaum duafa.
Buku ini mereka persembahkan untuk menjadi teman perjalanan, terutama bagi masyarakat dan para pemuda, agar tetap kuat dan tidak tergoyahkan di tengah derasnya badai kehidupan.
Menurut Ali, pada zaman yang penuh kegaduhan ini, perlu sejenak berhenti memberi jeda kepada pikiran dan hati untuk bernafas.
“Buku Teduh Pikir lahir bukan hanya dari ketekunan pribadi, melainkan dari kerja keras kolektif komunitas,” ucap tokoh muda tersebut.
Dipilihnya nama Teduh Pikir, bagi Ali, karena di tengah dunia yang kian berlari kencang, manusia modern sering kali kehilangan ruang untuk sekadar merenung.
“Sehingga orang perlu sejenak waktu untuk berpikir. Pikiran inikan pikiran hati dan perasaan, kalau kita sibuk tanpa waktu yang utuh, bisa-bisa tingkat stresnya tinggi,” pungkasnya.
(Ang/Ahmad M)