Pengamat: Debat Calon Gubernur Berlangsung Menarik, Tapi Belum Argumentatif

Debat gubernur kalsel panas
Foto by tangkap layar TVRI Kalsel

JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN Debat terbuka pertama Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel), antara pasangan calon (paslon) nomor 1, H. Sahbirin Noor-H Muhiddin (BirinMu) dan paslon nomor 2, H. Denny Indrayana- Difriadi Drajat (2HD), sudah terlaksana Rabu (04/11/2020) malam. 

Jalannya debat berlangsung sangat menarik, dipandu Dr. Andri Tenri Sompa, akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM), dengan mengusung tema: Hukum, HAM, Kebangsaan, Agraria, Politik dan Pemerintahan, di studio TVRI Kalsel.

1 day ago
3 days ago
3 days ago
4 days ago
6 days ago
1 week ago

Menurut pengamat politik di Banjarmasin, Fadly, pada segmen pertama, masing-masing calon diberi kesempatan menyampaikan visi misinya, seperti paslon nomor 1, yang memasukkan nuansa religius, dengan menyisipkan ayat suci Alquran lewat slogan “Banua Maju, Kalsel Maju”. Sedangkan paslon nomor 2, dalam penyampaian visi misinya, menyoroti sistem pemerintahan di Kalsel, sambil menyisipkan slogan “Adil dan Amanah”.

“Debatnya menarik, karena sudah ada trik dan saling sentil antara kedua calon.  Keduanya sama-sama menonjol, tapi yang mungkin agak lebih kritis atau dominan, adalah paslon nomor 2, apalagi dalam hal penyampaian tentang indikasi korupsi sumber daya alam, dan mengenai tambang serta dampaknya,” tutur Fadly, yang juga dosen FISIP ULM Banjarmasin ini kepada jurnalkalimantan.com, melalui siaran persnya Kamis (05/11/2020).

Pengamat Politik ULM
Fadly, pengamat politik dan seorang dosen Fisip ULM

Menurutnya, sentimental dari paslon 2 lebih terlihat, seperti dalam hal pertanyaan yang menyinggung dan memprovokasi paslon 1, karena pada saat sesi debat terbuka saling lempar pertanyaan. Akhirnya tensi debat mulai panas, dengan paslon nomor 2 yang memberikan pertanyaan sedikit menyinggung kinerja petahana terkait reklamasi tambang.

Fadly menjelaskan, hal ini bukanlah sesuatu yang negatif, karena termasuk kebebasan berpendapat dan berbicara, sehingga dari sinilah masyarakat bisa mengenal siapa yang akan dipilih sebagai pemimpin Kalsel selanjutnya. 

“Masyarakat mungkin masih belum bisa menangkap 100%, atau langsung menentukan pilihan usai debat pertama ini, karena beberapa argumen belum menjawab secara menyeluruh, dari pertanyaan-pertanyaan yang dibacakan moderator,” tandas Fadly.

Oleh karenanya menurut Fadly, masih banyak yang tertarik untuk mengikuti dan menantikan debat berikutnya, agar calon pemimpin Kalsel selanjutnya bisa sesuai dengan harapan masyarakat.

Editor : Ahmad MT