Seberapa Menarik Youtube di Mata Pendidik

Dosen UIN Antasari Banjarmasin, Surya Eka Priyatna

JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Youtube sebagai sarana hiburan masyarakat kekinian sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Trendnya sekarang ini adalah youtube sebagai sarana mencari nafkah yang menggiurkan.

Banyak Youtuber (Penggiat Youtube) yang menuai sukses membuat konten mengenai kehidupan sosial masyarakat serta gimmick (pemanfaatan kemasan atau tampilan) yang terkadang dibuat untuk sekedar menarik subscriber dan memperbanyak like agar dapat di monetisasi sehingga mendapatkan penghasilan.

Walaupun banyak juga konten-konten yang berisi tentang tuntunan agama, pendidikan, berita mengenai luar dan dalam negeri, serta musik dan seni budaya dan beragam konten lainnya.

Disebutkan banyak sekali konten mengenai pendidikan, karena memang berlimpah ruah, sampai terkadang menjadi “sampah ilmu” karena banyaknya yang tersedia, sehingga jika ingin mempelajari suatu hal, maka harus memilah dan memilih lebih dahulu konten-konten yang sesuai dengan apa yang dicari. Karena ada juga konten yang “menyesatkan” dan tidak mengarah ke hasil yang dimaui oleh si pencari informasi.

Ini berbanding terbalik dengan masa sebelum era digital dan online, yang pada masa itu materi belajar, buku pedoman, panduan, diktat dan referensi susah dicari. Kita harus ke perpustakaan, yang koleksi buku fisiknya pun kadang tidak memuat buku yang kita cari. Karena sumber ilmu susah dicari, maka terkesan mahal dan ekslusif. Hanya orang tertentu saja yang bisa belajar dengan sumber yang terbatas. Situasi ini menyebabkan sistem pembelajaran kita masih terfokus pendidik sebagai sumber ilmu dan pengetahuan, dan peserta didik (mereka) adalah obyek pembelajar untuk mentransfer pengetahuan tersebut.

Untuk masa sekarang sudah tidak berlaku lagi, karena sumber ilmu pengetahuan dapat diperoleh mereka dari mana saja. Masa sekarang banyak pengetahuan dan ilmu ada di youtube.

Pendidik sekarang berperan sebagai fasilitator, pengarah, penuntun dan pencerah, bukan lagi sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Pengajar dapat memberikan tuntunan yang bijak serta arahan dan bimbingan, seperti diskusi tanya jawab, serta meluruskan materi-materi yang tidak pas dan menyesatkan peserta didik.

Lebih jauh lagi, pendidik dapat membuat konten sendiri, sesuai situasi kondisi kultur yang unik pada mereka yang di masing-masing daerah yang berbeda. Sehingga lebih membumi. Karena pendidik lah yang paling tahu mengenai kondisi riil mengenai anak didiknya, seperti contoh: seberapa jauh daya tangkap dan pemahaman mereka. Jadi konten yang dibuat benar-benar pas dengan kemajuan yang diharapkan untuk mereka, tidak kurang dan tidak berlebihan.

Kelebihan media youtube ini adalah, penyimpanan gratis, video dapat dipelajari berulang sampai mereka bisa, serta bisa di unduh untuk dipelajari tanpa quota internet. Jadi peran pendidik dalam pengajaran tatap muka adalah mendiskusikan pengembangan pemahaman mereka pada video youtube yang sudah tersedia, bukan lagi menjelaskan hal dasar, karena sudah dijelaskan dalam youtube.

Dengan demikian diharapkan pengembangan pengetahuan dan keilmuan peserta didik akan lebih merata dan berkembang.

Penulis: Surya Eka Priyatna – Dosen UIN Antasari Banjarmasin

(Isi Tulisan Sepenuhnya tanggung jawab pengirim)

Referensi:
Arthurs, Jane, Sophia Drakopoulou, and Alessandro Gandini. “Researching youtube.” Convergence 24, no. 1 (2018): 3-15.

Jones, Troy, and Kristen Cuthrell. “YouTube: Educational potentials and pitfalls.” Computers in the Schools 28, no. 1 (2011): 75-85.

Snelson, Chareen. “YouTube across the disciplines: A review of the literature.” MERLOT Journal of Online learning and teaching (2011).