JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Sebagai satu dari lima kota yang dipilih dalam pengembangan model toleransi pro-eksistensi berbasis komunitas se-Indonesia, Banjarmasin menjadi yang pertama melakukan eksposur unjuk karya klaster, dibuka langsung Wakil Wali Kota dr. Hj. Ananda.
Pengembangan toleransi pro-eksistensi berbasis komunitas untuk kompetensi kolaborasi ini, digagas Kalijaga Institut for Justice (KIJ) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Untuk Banjarmasin, unjuk karya klaster berlangsung di Aula Kayuh Baimbai, Balai Kota, Sabtu (10/5/2025).
Pada arahannya, Wawali menyampaikan dukungan atas pengembangan program ini, hingga dapat menjadikan Banjarmasin masuk pada 10 besar Kota Toleran di Indonesia.
“Ada 5 kota yang terpilih, Ambon, Denpasar, Kupang, Yogyakarta, dan salah satunya kita. Artinya, kita memang dipandang sebagai Kota Toleran. Kita juga akan bangun Kampung Toleran di Kampung Gedang,” ungkap Hj. Ananda kepada para awak media usai membuka acara.
Kegiatan yang mengangkat tema “Merawat Toleransi, Menebar Damai dalam Keberagaman di Bumi Kalimantan Selatan, Kayuh Baimbai Gawi Sabumi” ini, telah melalui berbagai rangkaian, mulai dari pelatihan fasilitator hingga membentuk simpul-simpul komunitas pada jemaah masing-masing. Terdapat 20 simpul komunitas yang terbentuk, masing-masing terdiri dari 20 orang.
“Tadi kita titipkan pada Wawali, sehingga kita harapkan simpul-simpul ini tetap menjadi bagian masyarakat yang aktif untuk membantu mendorong terciptanya Banjarmasin yang maju, sejahtera, dan toleran, serta tetap mengembangkan kerja sama hingga semakin kuat, tidak mudah terprovokasi isu agama,” ujar perwakilan penyelenggara KIJ Prof. Hj. Siti Syamsiatun, Ph.D. kepada para wartawan di sela kegiatan.
Sementara itu, Fasilitator Daerah Kalimantan Selatan Drs. H. M. Ilham Masykuri Hamdie, M.Ag. menilai, program ini menjadi sesuatu yang baru, karena menumbuhkan dan menguatkan bibit toleransi dimulai dari bawah atau masyarakat akar rumput.
“Dengan mereka merasakan langsung bagaimana bertemu dengan orang yang berbeda, berkegiatan dengan orang yang berbeda, itu menghilangkan anggapan yang negatif, hingga menghilangkan kekeruhan hubungan antarumat beragama,” harapnya.
Ia pun berkeinginan model ini dapat terus dikembangkan oleh majelis-majelis agama di Banjarmasin, hingga terus menguatkan rasa toleransi.
Selain Drs. H. M. Ilham Masykuri Hamdie, M.Ag., turut menjadi fasilitator daerah adalah Dr. Fatrawati Kumari, M.Hum. Pada gelaran eksposur ini juga ditampilkan berbagai kolaborasi antarumat beragama yang telah terbentuk melalui penampilan tarian, menyanyikan lagu perdamaian, hingga pemutaran video berbagai kegiatan yang telah dilakukan bersama.
(Hik/Ahmad M)