JURNALKALIMANTAN.COM, BALI – Rumah Sakit Umum Pusat Prof. dr. I Gusti Ngoerah Bali, telah menerapkan teknologi terkini dalam penanganan stroke.
Hal ini diungkapkan langsung Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) dr. Mursyid Bustami, yang mengampu RSUP Ngoerah.
Secara garis besar, menurutnya, penyebab stroke ada dua, yakni penyumbatan pembuluh darah dan pecahnya pembuluh darah. Sebagian dari yang pecah pembuluh darah itu disebabkan pecahnya aneurisma.
Aneurisma adalah satu titik lemah yang membentuk kantong di pembuluh darah di otak, yang memang sudah ada dan suatu saat bakal pecah. Penyebab pecah terbanyak adalah karena tegangan darah tinggi.
“Untuk menghindari risiko terjadinya pecah pembuluh darah itu, maka harus dilakukan suatu tindakan,” ungkap dr. Mursyid Bustami, dikutip dari laman resmi Kemenkes RI, Kamis (29/12/2022).
Untuk itu, urainya, ada dua tindakan yang bisa dilakukan, pertama adalah Coiling, dengan memasukkan koil (seperti kawat atau benang) ke dalam kantong yang bakal pecah. Yang kedua, tindakan Clipping atau melakukan klip (penjepitan).
“Yang hari ini dilakukan adalah Coiling. Untuk melakukan ini diperlukan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang memadai. Di RSUP Ngoerah ini alatnya semuanya sudah ada, kamar cath lab-nya sudah memenuhi syarat,” tegas dr. Mursyid.
Adapun tindakan yang telah dilakukan pihaknya, adalah salah satu tindakan untuk menyumbat pembuluh darah yang berpotensi pecah pada suatu waktu tertentu. Pasien yang telah dilakukan tindakan ini berasal dari Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. I Nyoman Gede Anom mengatakan, stroke adalah satu dari 4 penyebab kematian terbanyak. Ke depan, ia berharap RSUP Ngoerah harus mampu melakukan pengampuan terhadap rumah sakit-rumah sakit di kabupaten/kota di Provinsi Bali.
“Kami di Bali ada 9 kabupaten/kota yang memiliki Rumah Sakit Madya dan satu Rumah Sakit Provinsi. Nanti ke depan akan diadakan juga kegiatan rumah sakit pengampuan yang mungkin diampu oleh Rumah Sakit Umum Pusat Ngoerah,” ucap dr. I Nyoman.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, mengapresiasi tindakan Coiling yang dilakukan RSUP Ngoerah, dengan program pengampuan dari RSPON.
“Di sisa waktu saya sebagai Menkes, juga ingin sekali menyelesaikan transformasi pilar kedua, yaitu transformasi sistem layanan rujukan dengan memastikan bahwa seluruh rumah sakit di kabupaten/kota dan provinsi bisa melayani standar layanan kesehatan tertentu,” ujar Menkes Budi di Jakarta.
Dikatakannya, stroke merupakan penyakit yang menyebabkan kualitas hidup seseorang menjadi buruk. Jumlah kasus meninggal bisa mencapai hingga ribuan setiap tahun. Bahkan kasus kecacatan bisa lebih tinggi 2 kali lipat dari kasus kematian.
“Oleh karena itu, saya benar-benar minta rumah sakit RSPON untuk mengaktifkan fungsi pengampuannya, dan mesti diingat-ingat targetnya adalah 34 provinsi harus bisa bedah otak terbuka, dan RSPON juga harus memastikan 514 kabupaten/kota bisa melakukan intervensi nonbedah seperti Coiling,” pungkasnya.
Achmad MT / Ihsan