Tenaga Kerja Berdaya Saing Kalsel Dinilai Rendah

Tenaga Kerja Kalsel rendah
Sekretaris Komisi IV DPRD Kalsel, Firman Yusi

JURNALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Pansus IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kali­mantan Selatan (Kalsel)yang membidangi kesejahteraan rakyat, melakukan sejumlah rapat dengar pendapat dengan sejumlah dinas lingkup Pemerintah Provinsi Kalsel, serta kegiatan komparasi dan kon­sultasi, khususnya ke BAPPENAS RI.

Salah satu masalah yang dihadapi masyarakat Kalimantan Selatan adalah rendahnya daya saing tenaga kerja setempat.

21 hours ago
24 hours ago
1 day ago
6 days ago
1 week ago
1 week ago

“Memang tingkat pen­gang­­guran terbuka kita di Kali­mantan Selatan lebih rendah dari rata-rata nasional. Tapi prosentasi pen­duduk bekerja berdasarkan pendidikan di­dominasi oleh mereka yang tidak punya ijazah SD dan berijazah SD, besarnya bahkan sampai 44,56% atau hampir setengahnya. Sementara yang berijazah SMP sederajat 20,86 persen, SMA 21,48 persen, SMK 3,72 persen dan per­guruan tinggi 9,34 persen,” beber Firman Yusi SP, ang­gota Pansus IV dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera di gedung DPRD Kalsel, belum lama tadi.

Oleh karena itu, Sekretaris Komisi IV DPRD Kalsel ini berharap RPJMD Kalsel lebih difokuskan lagi untuk mendorong serapan ang­katan kerja dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, utamanya lulusan SMA/SMK dan per­guruan tinggi.

“Jika melihat data itu, maka bisa disimpulkan bahwa dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD atau tamatan SD sudah dipastikan berposisi sebagai buruh, RP­JMD 2021 – 2026 harus diarah­kan untuk mendorong fokus kerja Pemprov Kalsel pada usaha-usaha peningkatan kualitas SDM khususnya dalam hal daya saingnya,” jelasnya.

Untuk mewujudkan itu, jelas perlu ada langkah konkrit yang disusun oleh Pemprov Kalsel, salah satunya adalah dengan melakukan peme­taan proyeksi kebutuhan tenaga kerja dimasa mendatang men­yesuaikan dengan perkembangan teknologi, kondisi kewilayahan, khususnya menyongsong Kalsel sebagai gerbang Ibukota Negara dan perkembangan ekonomi local dan global.

“Hasil pemetaan ini harus kita manfaatkan untuk menyusun kebijakan pendidikan kita, baik Pendidikan formal maupun non-formal untuk memenuhi kebu­tuhan itu,” ujarnya.

ditambahkannya jika perlu, dilakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan Pen­didikan SMK yang menjadi kewenangan pemerintah pro­vinsi, mengingat hanya 3,72 persen pekerja di Kalsel yang berlatar Pendidikan SMK, semen­tara yang berpendidikan SMA 21,48 persen.

“SMK kan harusnya diran­cang untuk mencetak tenaga siap kerja, tapi sepertinya data menunjukkan kebalikannya, karenanya Langkah seperti eva­luasi terhadap jurusan yang tersedia dan penyesuaian kuri­ku­lum SMK dengan perkem­bangan kebutuhan dunia kerja mutlak diperlukan,” pungkasnya.

(Yunn)